BAB I
PENGERTIAN DAN BEBERAPA ASUMSI DASAR
ANDRAGOGI (PENDIDIKAN ORANG DEWASA)
A.
Pengertian
Andragogi ( Pendidikan Orang Dewasa)
Kebanyakan
teori mengenai proses belajar mengajar didasarkan pada rumusan pendididkan
sebagai suatu proses transmisi budaya. Maka dari teori itu lahirlah istilah paedagogi yang asal bahasanya berasal dari bahasa Yunani,
yaitu paid berati anak dan agogos yang berarti memimpin atau membimbing.
Selanjutnya paedagogi diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar
anak-anak, yang selanjutnya berkembang istilah paedagogi tersebut berubah
artinya menjadi ilmu dan seni mengajar.
B. Beberapa Asumsi dan Implikasinya
Perbedaan
yang mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan paedagogi.
Andragogi
pada dasarnya menggunakan asumsi-asumsi :
1)
Konsep
Diri
Konsep diri seorang anak adalah bahwa
dirinya tergantung kepada orang lain. Hampir seluruh kehidupannya diatur oleh
orang dewasa baik di rumah ditempat bermain baik di rumah, ditempat bermain, di
sekolah maupun ditempat ibadah, dan ketergantungannya berkurang ketika ia
beranjak dewasa dan mulai tumbuh kesadarannya serta mengambil keputusannya
sendiri.
2)
Pengalaman
Bagi anak-anak
pengalaman itu adalah sesuatu yang terjadi pada dirinya. Ini berarti bahwa
pengalaman bagi anak merupakan suatu stimulus yang berasal dari luar dan
mempengaruhi dirinya dan bukan merupakan bagian yang terpadu pada dirinya
sendiri.
Perbedaan pengalaman antara
anak dan orang dewasa menimbulkan konsekuensi dalam belajar.
3)
Kesiapan
untuk Belajar
Robert J. Havighurst
membagi masa depan dewasa terbagi atas tiga fase serta mengidentifikasi 10 peranan sosial dalam masa dewasa, yaitu masa
dewasa awal umur 18-30 tahun, masa dewasa pertengahan 30-55 tahun, dan masa
dewasa akhir berumur antara 55 tahun lebih. Kesepuluh peranan sosial pada masa
dewasa adalah sebagai pekerja, kawan, orang tuan, kepala rumah tangga, anak
dari orang tua yang sudah berumur, warga negara anggota organisasi, kawan
sekerja, anggota keagamaan dan pemakai waktu luang. Menurut Havighurst
penampilan orang dewasa dalam melaksanakan peranan sosialnya berubah sejalan
dengan perubahan ketiga fase tersebut.
Sebagai
implikasi dalam proses belajar orang dewasa atas uraian diatas maka :
a. Urutan
kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas
perkembangannya dan bukan disusun berdasarkan uraian logik mata pelajaran atau
berdasarkan kebutuhan kelembagaan.
b. Adanya
konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberikan
petunjuk dalam belajar secara kelompok. Untuk tugas-tugas perkembangan maka
belajar secara kelompok yang anggota kelompoknya bersifat homogen akan lebih
efektif.
4)
Orientasi
Terhadap Belajar
Implikasi
dalam proses belajar orang dewasa dengan adanya pert dan dalam orientasi
terhadap belajar antara orang dewasa dan anak-anak adalah :
a. Para
pendidik orang dewasa bukanlah berperan sebagai seorang guru yang mengajarkan
mata pelajaran tertentu, tetapi ia berperan bagai pemberi bantuan kepada orang
yang belajar.
b. Kurikulum
dalam pendidikan untuk orang dewasa tidak berorientasikan kepada mata pelajaran
tertentu tetapi berorientasikan kepada masalah.
c. Oleh
karena orang dewasa dalam belajar berorientasi kepada maslah maka pengalaman
belajar yang dirancang berdasarkan pula masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka.
BAB II
MENILAI
KEBUTUHAN DAN MINAT DALAM
PERENCANAAN
PROGRAM
A.
Langkah Penting Yang Rawan
Para pendidik yang
berorientasi kepada pedagogi, akan mengalami kesulitan memahami kenyataan dalam
kehidupan orang dewasa yang diharuskan belajar agar mereka tetap hidup, tetap
sehat dan seterusnya. Mereka tidak akan
belajar, tetapi jika mereka anak-anak, mereka akan mempelajari itu semua. Inilah salah satu perbedaan utama antara
andragogi dan pedagogi. Bagi anak-anak
belajar merupakan kewajiban, dalam arti apabila mereka tidak belajar, maka
masyarakat akan memberikan ganjaran
B.
Hakikat Kebutuhan
Banyak orang yang menyamakan
mengenai pengertian antara kebutuhan (needs)
dan keinginan (want). Demikian pula mengenai perbedaan antara
keduanya. Tetapi tulisannya ini tidak
akan membahasnya, mengenai kedua pengertian di atas, tetapi yang utama adalah
akan memberikan perumusan operasional yang akan bermanfaat dalam perencanaan
program belajar.
Pengertian kebutuhan dalam
pengembangan program pendidikan dibedakan atas kebutuhan dasar dan kebutuhan
pendidikan.
1.
Kebutuhan Dasar
Salah satu rumusan
dikemukakan oleh Abraham Maslow dengan “ kebutuhan yang bersifat hirarki” yang
dapat digambarkan seperti dibawah ini.
![](file:///C:\Users\TURKHA~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
Kebutuhan
![](file:///C:\Users\TURKHA~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
Kebutuhan
![](file:///C:\Users\TURKHA~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.gif)
Kebutuhan social
![](file:///C:\Users\TURKHA~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.gif)
Kebutuhan keamanan
![]() |
Kebutuhan fisik
Dr. Abraham Maslow, Gardner
Murphy
menggambarkan kebutuhan itu atas 4 degree yang terdiri dari :
a.
Kebutuhan dasar yang berkaitan bagian-bagian penting tubuh
misalnya kebutuhan untuk makan, minum, udara dan sejenisnya.
b.
Kebutuhan akan kegiatan, meliputi kebutuhan “untuk tetap
bergerak”.
c.
Kebutuhan sensoris yang meliputi kebutuhan untuk warna, suara
ritme. Kebutuhan yang berorientasi
terhadap lingkungan dan sejenisnya.
d.
Kebutuhan untuk menolak sesuatu yang tidak mengenakkan,
seperti rasa sakit, ancaman, ketakutan dan sejenisnya.
2.
Kebutuhan Pendidikan
Kebutuhan dasar mempunyai kaitan yang relevan dengan
pendidikan dalam arti bahwa kebutuhan tersebut mendoroong timbulnya belajar
serta menciptakan kondisi yang perlu diperhitungkan oleh para pendidik, jika ia
ingin membantu orang lain untuk belajar.
Kebutuhan pendidikan, dilain
pihak adalah sesuatu yang haris dipelajari oleh orang itu demi kebaikan bagi
dirinya, bagi lembaganya maupun bagi kebaikan bagi masyarakatnya. Kebutuhan pendidikan itu adalah merupakan
kesenjangan antara penampilan kemampuan yang diinginkan sebagai keinginan yang
dimiliki oleh dirinya, lembaganya ataupun masyarakatan.
![](file:///C:\Users\TURKHA~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.gif)
Maka dengan demikian,
kebutuhan pendidikan adalah kesenjangan antara apa yang diingini oleh seseorang
atau lembaganya atau masyarakatnya dengan kemampuan yang ada pada dirinya
C.
Hakikat Minat
Minat sebagaimana dirumuskan
dalam “Encyklopedia of Psycholog” adalah “faktor yang ada dalam diri seseorang,
yang menyebabkan ia tertarik atau menolak terhadap objek, orang dan kegiatan
dalam lingkungannya”. Tetapi dalam
hubungannya dengan apa yang telah dibicarakan terdahulu, “minat pendidikan”
dapat dirumuskan lebih khusus yaitu pilihan diantara beberapa kemungkinanan
kegiatan yang dipandang akan, memuaskan kebutuhan pendidikannya. Jika kebutuhan dapat diekspresikan dengan
prilaku “want” atau “desire”, maka minat dapat diekspresikan dengan “liking”
atau “preference”.
1.
Minat Umum
Hakikat minat adalah sngat
bersifat pribadi, dan oleh karena, minat sangat berbeda antara orang yang satu
dan yang lainnya, bahkan minat dalam diri seseorang berbeda dari waktu
kewaktu. Tetapi beberapa upaya telah
dikembangkan untuk mengkategorisasikan minat yang akan bermanfaat untuk
tuntunan dalam menemukan minat khusus seseorang. Lorge telah menyumbangkan suatu cara yang
praktis dalam mengkategorikan minat, seperti daftar berikut ini.
2.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Minat
Beberapa generalisasi
tentang pengaruh tingkat social ekonomi terhadap minat berdasarkan hasil studi Johnstone
adalah :
a.
Makin rendah tingkat status sosial ekonomi seseorang, maka
makin kurang menekankan pentingnya akan pendidikan.
b.
Rata-rata warga masyarakat dari tingkat ekonomi yang rendah
minat terhadap pendidikan sepanjang pendidikan itu mempunyai kegunaan praktis
terhadapnya.
c.
Walaupun pendidikan secara luas dipandang sebagai suatu
saluran yang tepat untuk mobilitas sosial, rata-rata warga masyarakat, berasal
dari status social ekonomi rendah kurang siap dibanding dengan mereka yang
status sosial ekonominya tingkat menengah untuk melanjutkan pendidikannya.
d.
Rata-rata warga masyarakat dari status sosial ekonomi rendah
tidak melihat pendidikan sebagai upaya untuk perkembangan pribadi atau
realisasi diri pribadi, dan ini dapat dijelaskan mengapa kurang siap untuk
mengikuti program pendidikan yang bertujuan untuk rekreasi daripada yang
bertujuan keterampilan.
3.
Perubahan Minat Dalam Daur
Kehidupan
Minat terhadap keterampilan
dan kehidupan keluarga cenderung didominasi oleh orang yang dewasa muda (18 tahun s/d 35 tahun). Hal ini disebabkan karena mereka ingin
mencari kemapanan dalam pekerjaan dan rumah tangga. Mereka yang berumur dewasa tua (35 tahun s/d 55 tahun) cendrung
mempunyai minat pada masalah pisik, kegiatan social dan kesehatan. Sedangkan mereka yang mendekati masa tua
minatnya menunjukkan pada aspek kebudayaan termasuk agama.
D.
Menilai Kebutuhan Dan Minat
Ada tiga sumber kebutuhan
dan minat yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan program-program
pendidikan. Ketiga sumber tersebut
berasal dari :
1.
Individu yang akan diberikan pelayanan pendidikan
2.
Organisasi atau lembaga yang menjadi sponsor
3.
Masyarakat secara keseluruhan
1.
Kebutuhan Dan Minat Individu
Apa yang harus dipelajari seseorang dapat diperooleh
dari sumber-sumber seperti berikut :
a.
Dari orang itu. Untuk
mengetahui kebutuhan belajar orang tersebut dapat dilakukan dengan melalui
wawancara, diskusi kelompok, ataupun menggunakan kuesioner.
1)
Kuesioner yang bersifat proyektif, yaitu suatu pertanyaan
kepada responden untuk memproyeksikan dirinya kedalam suatu situasi.
2)
Kuesioner yang berupa kalimat tidak lengkap.
b.
Dari orang yang mempunyai “peran pembantu” orang lain. Melalui wawancara atau pertanyaan terhadap
orang-orang yang mempunyai peran pembantu orang lain misalnya, guru, ulama,
pekerja sosial, perawat, petugas laporan dan sejenisnya, maka kebutuhan
seseorang dapat diidentifikasi.
c.
Dari madia massa. Pola
kebutuhan belajar seseorang dapat pula dianalisis dari tema-tema yang ada pada
media massa.
d.
Dari buku-buku yang bersifat professional. Jurnal-jurnal yang bersifat professional
misalnya, dalam bidang psikologi, sosiologi, antropologi, politik, agama,
ekonomi, maka akan dapat diperoleh dengan yang lebih mendalam terhadap
kebutuhan-kebutuhan belajar orang dewasa untuk mengembangkan pribadinya.
e.
Dari organisasi dan survey masyarakat. Teknik yang disarankan untuk mengetahui
kebutuhan belajar individu melalui organisasi survey masyarakat akan dibahas
kemudian.
2.
Kebutuhan Organisasi
Suatu organisasi atau
lembaga adalah organisme yang hidup yang mempunyai kebutuhan juga. Apabila mengambil “hirarki” kebutuhan yang
dikemukakan Maslow, maka organisasi itu mempunyai pula kebutuhan untukk hidup,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk hidup dan kebutuhan perwujudan diri. Hal tersebut sangat tergantung kepada para
personalnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam setiap kelembagaan biasanya memikirkan mengenai kebutuhan latihan,
Dalam setiap situasi
organisasi serimg terjadi kebutuhan akan latihan secara berulang-ulang, apabila
:
Ø Adanya pegawai baru
Ø Adanya penugasan pimpinan
baru, yang ia belum kenal akan Tanya
Ø Cara mengerjakan pekerjaan
yang terdahulu telah berubah
Ø Adanya alat-alat baru
Ø Tujuan dan cara kerja telah
berubah
Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengetahui kebutuhan latihan adalah :
a.
Wawancara
Metode wawancara akan dapat
membantu kita memahami bagaimana perasaan orang laindan mengapa. Juga wawan cara merupakan yang bersifat
pribadi, yang menunjukkan minet kita untuk apa yang dipikirkan orang lain dan
lembaganya. Wawan cara yang bersifat
terbuka-tertutup serta tidak mengarahkan, akan lebih bernilai untuk mengetahui
perasaan dan sikap seseorang.
b. Angket
Angket berguna pula sebagai
alat untuk mengumpulkan informasi yang memungkinkan kebutuhan latihan itu
di[eroleh dari informasi tersebut.
Seperti halnya wawancara, maka dalam angket responden dapat mempunyai
kesempatan untuk menyatakan perasaannya, tanpa adanya perasaan khawatir (karena
nama responden dalam angket tidak dicantumkan).
b.
Laporan Dan Catatan
Manajemen
Laporan dan catatan dari
manajemen akan memberikan pula data yang berharga mengenai kebutuhan
latihan. Misalnya hasil laporan
pengawasan, laporan kepegawaian, laporan produktivitas dan biaya. Hanya laporan dan catatan itu jarang
memberikan data yang berkenaan dengan suatu permasalahan. Tetapi walaupun demikian, laporan dan cacatan
itu baik untuk bahan suplemen dalam menentukan kebutuhan latihan.
c.
Test
Beberapa macam test dapat
pula digunakan untuk menentukan kebutuhan latihan. Khususnya dengan cara test ini, akan dapat
diketahui kekurangan dan kelemahan dalam bidang pengetahuan, sikap dan
keterampilan, sehingga dengan demikian dapat ditemukan upaya menanggulangi.
d.
Analisis Masalah Kelompok
Pada proses ini tidak hanya
mengidentifikasi kebutuhan latihan, tetapi juga membangun suatu dasar-dasar
yang kokoh dalam membantu yang telah diputuskan untuk dilaksanakan. Dapat ditambahkan bahwa prose situ sendiri adalah
merupakan suatu latihan pila bagi para supervisor agar lebih menjadi analitis
dalam menstudi suatu permasalahan serta memberikan kesempatan dalam memecahkan
permasalah.
e.
Analisis Pekerjaan Yang
Dikombinasikan Dengan Penilaian Terhadap Penampilan
Secara singkat prosesnya
adalah, menentukan tugas-tuastertentu untuk suatu pekerjaan. Yang diobservasi oleh supervisor adalah
pegawai yang sedang bekerja, keselaman dan cara dia melakukan pekerjaan. Kecepatan dan ketepatan serta jumlah
pekerjaan yang diselesaikan, konformitas terhadap prosedur yang ada,
penampilannya, komunikasinya, pengertian dan hubungannya dengan sesama pegawai
yang lainnya.
f.
Teknik Inseden Kritis
Teknik insiden adalah suatu
cara untuk mengetahui kebutuhan latihan dengan menganalisis kebutuhan seseorang
serta mengevaluasi penampilan pekerjaannya dengan penekanan pada jenis perilaku
yang efektif dan tidak efektif dilihat dari penampilannya. Pada setiap persyaratan itu diberi diskripsi,
biasanya dalam bentuk daftar cek dari perilaku pekerjaan yana dapat
dilihat. Supervisor hanya mengecek
catatan tersebut serta member beberapa catatan hasil observasinya itu apabila
perlu.
g.
Panel Penilaian
Panel penilaian adalah suatu
cara yang dewasa ini mulai banyak digunakan dalam bidang perdagangan dan
pemerintahan untuk mengidentifikasi kebutuhan latihan. Langkah-langkah dasar dalam melakukan teknik
ini adalah :
1.
Mengadakan penilaian suatu proses untuk mengetahui kapasitas
seseorang dalam melaksanakan tugasnya saat ini dan dalam menangani tugas-tugas
dimasa depan.
2.
Mengadakan review, yaitu laporan supervisor berupa hasil
penilaian yang diperoleh dari panel itu kemudian disampaikan kepada tingkat
yang lebih tinggi dalam organisasi dengan tujuan :
Ø Merancang lebih lanjut
pengembangan terhadap orang yang dinilai.
Ø Menilai secara menyeluruh
sumber-sumber manusia yang menjalankan organisasi baik sekarang maupun di masa
depan.
Ø Mengidentifikasi seseorang
yang fotensial untuk kedudukan yang lebih tinggi.
3.
Mengadakan diskusi, merupakan langkah dimana supervisor
dengan orang yang dinilai itu berdiskusi secara pribadi terhadap kekuatan dan
kelemahan orang yang dinilai serta mendorong orang tersebut untuk menyetujui
rencana pengembangan bagi dirinya.
3.
Kebutuhan Masyarakat
Pengertian “masyarakat”
sering berbeda-beda antara pendidik yang satu dengan pendidik yang
lainnya. Bagi lembaga internasional,
pengertian masyarakat berarti masyarakat dunia.
Bagi lembaga-lembaga nasional, pengertian masyarakat adalah masyarakat
suatu Negara.
Ada beberapa langkah dalam
melaksanakan survey masyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Merumuskan Tujuan
Setiap kelompok yang ingin melaksanakan survey
masyarakat, harus atahu apa yyang penting untuk distudi dari masyarakat
itu. Oleh karena itu, harus dirumuskan
dalam tujuan masyarakat.
b.
Membentuk Team Pelaksana
Walaupun studi ini sangat
terbatas, maka perlu dibentuk suatu team yang akan merencanakan dan
melaksanakan survey tersebut. Disarankan
pula agar dalam team itu didudukkan wakil-wakil yang berasal dari unsure-unsur
masyarakat dimana data itu akan diperoleh.
c.
Menentukan Ruang Lingkup
Masalah Yang Akan Disurvey
Masyarakat bagaimanapun
kecilnya adalah sangat komplek. Oleh
karena itu tidak seorang pun atau kelompok yang mengharapkan dapat mellakukan
survey yang lengkap mengenai masyarakat itu.
Beberapa pertanyaan yang dapat dikemukakan, misalnya :
Ø Apakah yang menjadi ciri
utama masyarakat dalam hal umur, seks, pekerjaan, tingkat pendapatan, jenis
rumah dan pendapatan ?
Ø Apakah yang menjadi masalah
utama bagi mereka ?
Ø Sumber-sumber apa yang ada untuk
pendidikan ?
Ø Program-program apa yang
diperlukan ?
Ø Dan seterusnya.
d.
Merekrut Dan Melatih Tenaga
Sukarela
Tergantung kepada ruang
lingkup masalah yang akan distudi, maka mungkin studi itu memerlukan beberapa
tenaga sukarela. Beberapa peran yang
dapat dilakukan oleh tenaga sukarela itu adalah :
1.
Sebagai perencana, yaitu mereka yang membantu dalam
merumuskan pertanyaan peneliti serta merencanakan prosedur untuk memperoleh
jawaban. Tenaga sukarela yang tepat
untuk dijadikan perencana ini adalah :
Ø Mereka yang mengetahui
keadaan masyarakat itu secara menyeluruh, misalnya editor surat kabar, politisi
atau tenaga pendidik yang mengetahui keadaan masyarakat itu sendiri.
Ø Mereka yang mengetahui aspek
tertentu dalam masyarakat, seperti orang yang berkecimpung dalam dunia
perdagangan, keagamaan, pemburuhan, dan sejenisnya,
Ø Mereka yang mempunyai
kemampuan berorganisasi, seperti orang yang berkecimpung dalam perbaikan
peningkatan hidup masyarakat.
Ø Mereka yang mempunyai
kemampuan akademik, seperti profesor, ahli hukum, dan sejenisnya.
Ø Mereka yang mempunyai
pengetahuan dan keahlian seperti ahli statistik, ahli sosiologi, ahli
perencanaan penggunaan masyarakat dan sejenisnya.
2.
Sebagai perumus, mereka yang akan membuat alat-alat pengukur
data. Tenaga yang tepat untuk dijadikan
perumus ini adalah :
Ø Mereka yang mempunyai
pengetahuan tentang masalah yang akan mereka teliti.
Ø Mereka yang mempunyai
keahlian dalam metode survey seperti peneliti, ahli ilmu pengetahuan sosial,
ahli statistik.
Ø Mereka yang mempunyai
kemampuan dalam mengorganisir gagasan seperti para penulis.
Ø Mereka yang mempunyai
ketelitian, seperti ahli hokum, perpustakaan, stenografi dan sejenisnya.
3.
Sebagai petugas lapangan, yaitu orang-orang yang ditugaskan
untuk mewawancarai para responden.
Tenaga yang tepat untuk petuugas lapangan ini adalah :
Ø Mereka yang mempunyai status
dalam masyarakat, seperti pimpinan masyarakat, orang yang paling tua
dimasyarakat itu.
Ø Mereka yang mempunyai
pengalaman bergaul dengan masyarakat, seperti para pekerja organisasi,
pedagang, pekerja sial.
Ø
Mereka yang selalu mengikuti petunjuk-petunjuk.
Ø
Mereka yang berani mencoba, yaitu orang yang melakukan
pekerjaannya dengan baik apabila diberi kesempatan.
4.
Sebagai pelapor, yaitu mereka yang ditugaskan untuk
mengorganisir data dan menghimpunnya dalam suatu laporan. Tenaga yang tepat untuk pelapor ini adalah :
Ø Mereka yang mempunyai
kemampuan dalam mengorganisir informasi seperti penyunting surat kabar, guru,
staf penyuluhan pertanian.
Ø Mereka yang mempunyai
keahlian dalam mempresentasikan data seperti artis, petugas advertensi, guru.
Ø Mereka yang mempunyai
keterampilan dalam menulis, seperti para penulis, pengarang.
5.
Sebagai interpreter, yaitu mereka yang ditugaskan untuk
menafsirkan hubungan antara berbagai macam kategori data atau informasi itu
dalam hubungannya dengan kebutuhan pendidikan.
Tenaga yang tepat untuk tenaga interpreter itu adalah :
Ø Mereka yang mempunyai
kemampuan dalam menganalisis.
Ø Mereka yang mempunyai visi
terhadap pemerinyahan yang baik.
Ø Mereka yang mempunyai
keahlian khusus, seperti ahli sosiologi, pendidikan dan perencanaan masyarakat.
e.
Mengidentifikasi Sumber
Informasi Yang Diperlukan
Sumber informasi yang
diperlukan dalam suatu survey masyarakat dapat diperoleh dari :
1.
Bahan-bahan cetak, seperti laporan (pemerintahan setempat, sensus, organisasi, buku petunjuk, laporan
survey dan sejenisnya).
2.
Petugas suatu lembaga, seperti para petugas pemerintah,
tenaga sukarela, petugas media massa atau anggota dari suatu organisasi.
3.
Orang-orang kunci seperti pimpinan-pimpinan masyarakat,
petugas humas, pendidik, penyunting surat kabar.
4.
Warga masyarakat umum, yaitu anggota warga suatu masyarakat.
f.
Mangumpulkan Informasi
Barangkali prosedur yang
paling efisien dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan adalah
mengorganisir team-team khusus sesuai dengan ruang lingkup survey itu. Team-team itu diantaranya :
1.
Team analisis bahan cetakan dengan tugas mengumpulkan bahan
cetakan serta meringkaskan isinya sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang
ditanyakan dalam survey.
2.
Team survey untuk lembaga yang tugasnya mengidentifikasi
lembaga-lembaga pemerintah, swasta, dan media massa yang sesuai sebagai sumber
informasi.
3.
Team survey untuk organisasi, yang tugasnya mengidentifikasi
tugas-tugas pemerintah, profesi, kebudayaan, keagamaan, dan sejenisnya.
4.
Team survey untuk orang-orang kunci yang tugasnya
mengidentifikasi para pimpinan masyarakat, pendidik, wartawan dan sejenisnya.
5.
Tean survey untuk sampel populasi, yang tugasnya untuk
mengidentifikasi anggota sampel populasi yang dilakukan.
g.
Mengorganisir Informasi
Data-data dan informasi yang
telah dikumpulkan harus diorganisir guna dianalisis dann ditafsirkan. Penafsiran informasi biasanya dilakukan oleh
suatu kelompok. Data-data yang dikumpulkan
harus segera dipadukan untuk klasifikasi.
Beberapa saran untuk pengorganisasian data dapat dilakukan dengan
menggunakan table, disusun secara narratif, peta, bagan, poto, dan sejenisnya.
h.
Menafsirkan Informasi
Apabila informasi telah
disusun, anda harus menyadari bahwa informasi itu belum merumuskan kebutuhan
pendidikan untuk suatu masyarakat. Satu
proses lagi masih diperlukan untuk menafsirkan informasi tersebut. Langkah-langkah untuk menafsirkan informasi
tersebut adalah :
1.
Ambil setiap pertanyaan dan lihatlah mengenai jawaban serta
yang diberikan oleh responden.
2.
Lihatlah pada data dan lihat apa yang menjadi masalah
masyarakat perhatiannya, atau kelemahan yang muncul dari data atau saran
tersebut.
3.
Tuliskan masalah, perhatian dan kelemahan itu dengan
memperoleh data yang ada.
4.
Diskusi masalah atau perhatian serta kelemahan tersebut
dengan para ahli, kelompok-kelompok masyarakat, pemimpin kelembagaan serta
petuugas pemerintah.
5.
Tanyakan setiap permasalahn dengan pertanyaan “siapa
memerlukan, belajar apa” dan selanjutnya buatlah daftar kebutuhan pendidikan.
BAB III
BELAJAR BAGI
ORANG DEWASA
Nampak adanya tekanan
rangkap, pertama pada pencapaian perkembangan individual dan kedua pada
peningkatan partisipasi sosial dari pada individu. Pendidikan orang dewasa meliputi segala
bentuk pengalaman belajar yang dibutuhakan oleh orang dewasa, pria maupun
wanita, sesuai dengan bidang perhatiannya dan kemampuannya.
Perubahan perilaku manusia dapat
digambarkan sebagai berikut :
![]() |
Oleh karena perilaku
seseorang dipengaruhi oleh sikap, pemgetahuan, keterampilan yang dimilikinya
serta dalam hal tertentu oleh material yang tersedia, maka proses belajar
manusia dewasa kea rah perubahan sikap baru, memberinya pengetahuan baru,
melatihkan keterampilan baru, dan dalam hal tertentu penyedian material baru (misalnya traktor atau bibit unggul untuk
petani).
Bagi pendidikan orang dewasa
ada satu hal yang penting dan yang harus diperhatikan .
Yang terpenting adalah :
APA YANG
DIPELAJARI “PELAJAR”
Bukan Apa Yang Diajarkan
“Pengajar”
Dengan kata lain, hasil
akhir yang dinilai adalah apa yang diperoleh orang dewasa dari suatu pertemuan
pendidikan. Bukan apa yang dilakukan
pembimbing atau pelatih atau penceramah.
Mengapa Orang Dewasa belajar
Pakar pendidikan yang telah
melakuka penelitian mengenai orang dewasa perlu belajar atau ambil bagian dalam
kegiatan belajar adalah Tought, Sheifeld, dan Morstain dan Smart. Berikut akan diuraikan pendapat para pakar
tersebut secara berturut-turut.
Tought dalam penelitiannya
mengajukan tiga alas an mengapa orang dewasa ambil bagian dalan belajar. Secara umum Tought menyatakan, bahwa
orang dewasa belajar karena dorongan dari dalam dirinya sendiri. Kemudian kesimpulannya adalah:
Ø pertama dinyatakan bahwa
tidak ada alasan tunggal yang bias menjelaskan mengapa orang dewasa belajar.
Ø Kedua dinyatakan bahwa orang
dewasa belajar karena hasrat dalam menggunakan/mengaplikasikan pengetahuan atau
keterampilannya.
Dari kedua kesimpulan
tersebut Tought mengemukakan 3 pola belajar. Pertama, orang dewasa belajar karena ingin
melakukan sesuatu, atau mungkin karena ada tugas/pekerjaan dari orang lain
secara tudak langsung menuntut mereka untuk belajar
Pakar lain yang mengadakan
penelitian adalah Sheifield. Sheifield
mengembangkan penelitiannya berdasarkan penemuan Tought. Hasil penelitian Sheifield menunjukkan 5
faktor yang menyebabkan orang dewasa mengikuti kegiatan belajar. Kelima faktor itu adalah sebagai berikut :
1.
Untuk belajar itu sendiri
2.
Mendapatkan teman baru
3.
Untuk mengembangkan dirinya sendiri
4.
Untuk kegiatan masyarakat
5.
Untuk kegiatan sosial
Tokoh lain adalah Morstain
dan Smart. Mereka membagi menjadi 6 faktor yang menjadi
alasan mengapa orang dewasa belajar.
Keenam faktor itu adalah sebagai berikut :
1.
Faktor hubungan kemasyarakatan, orang dewasa belajar untuk :
Ø Memenuhi kebutuhan hubungan
pribadi dan persahabatan
Ø Memperoleh teman baru, dan
Ø Memperoleh teman yang
berlainan jenis
2.
Faktor harapan dari pihak luar, orang dewasa belajar untuk :
Ø Mengamalkan ilmu yang
didapatkan dari orang lain
Ø Melaksanakan harapan
seseorang dengan otoritas formal, dan
Ø Menuruti anjuran beberapa
orang yang lebih tahu.
3.
Faktor kesejahteraan sosial, orang dewasa belajar untuk :
Ø perbaikan kemampuan
Ø Menyiapkan pelayanan untuk
masyarakat
4.
Faktor kemajuan profesi, orang dewasa belajar untuk :
Ø Memberikan status lebih
tinggi dalam masyarakat
Ø Menguatkan kemajuan profesi,
dan
Ø Meneruskan dengan cara
kompetensi
5.
Faktor pelarian diri/dorongan hati, orang dewasa belajar
untuk :
Ø Memperoleh kelegaan terlepas
dari rasa jenuh
Ø Memperoleh rasa santai
setelah bekerja dirumah, dikantor, dan
Ø Memperoleh tantangan dari
rasa hidup yang santai
6.
Faktor keinginan/hasrat kognitif, orang dewasa belajar untuk
:
Ø Memang mempunyai tujuan
untuk belajar
Ø Mencari pengetahuan untuk
tujuan tersebut, dan
Ø Menjawab pertanyaan yang ada
dalam pikirannya
Hasil penelitian yang
dilakukan para pakar tersebut tidak saling bertentangan, tetapi saling
melengkapi dan memperkuat. Berdasarkan
hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa alasan orang dewasa mengikuti
kegiatan belajar ada 5 hal yaitu :
1.
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2.
Untuk meningkatkan produktivitas
3.
Untuk meningkatkan efisien kerja
4.
Untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu (Curiosity)
5.
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.
BAB IV
ORANG DEWASA
SEBAGAI PELAJAR
A.
Hambatan Fisikologik
Menurut Vemer dan Davison
ada 6 faktor secara fisikologik yang dapat menghambat keikutsertaan orang
dewasa dalam suatu program pendidikan :
1.
Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan, atau titik
terdekat yang dapat dilihat dengan jelas, mulai bergerak makin jauh. Pada usia 20 tahun seseorang dapat melihat
jelas suatu benda dengan jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia 40 tahun titik dekat penglihatan
itu sudah mulai menjauh sampai 23 cm.
2.
Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan, atau titik
terjauh yang dapat dilihat dengan jelas, mulai berkurang, makin pendek. Kedua factor ini perlu diperhatikan dalam
pengadaan dan penggunaan bahan dan alat pendidikan.
3.
Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang
diperlukan dalam suatu situasi belajar.
Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 watt cahaya, maka pada
usia 40 tahun diperlukan 145 watt, dan pada usia 70 tahun seterang 300 watt
baru cukup untuk melihat dengan jelas.
4.
Makin bertambah usia, persepsi kontra warna cenderung kearah
merah daripada spectrum.
5.
Pendengaran, atau kemampuan menerima suara berkurang dengan
bertambahnya usia.
6.
Perbedaan bunyi, atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin
berkurang dengan melanjutnya usia.
B.
Psikologik
Dari segi psikologik orang
dewasa dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu, maka diperlukan hal-hal
seperti dibawah ini :
1.
Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh rang
dewasa itu sendiri. Maka orang dewasa
tidak diajar. Orang dewasa dimotivasikan
untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir, keterampilan yang baru, dan
sikap yang lain.
2.
Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi
dirinya dari melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3.
Belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses yang
menyakitkan. Sebab belajar adalah
perubahan perilaku, sedang perubahan seringkali berarti meninggalkan kebiasaan,
norma dan cara berpikir lama yang sudah melekat.
4.
Belajar bagi orang dewasa adalah hasil dari mengalami seuatu. Sedikit sekali hasil yang diperoleh apabila
orang tua diceramahi, dikhotbahi, digurui untuk melakukan hal tertentu atau
bersikap secara tertentu.
5.
Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat
individual. Setiap orang mempunyai cara
dan kecepatan sendiri untuk belajar dan memecahkan masalah.
6.
Sumber terkaya untuk bahan belajar terdapat didalam diri
orang dewasa itu sendiri. Setumpukkan
pengalaman masih lampau telah tersimpan didalam dirinya, perlu digali dan
ditata kembali dengan cara yang lebih bearti.
7.
Belajar adalah suatu proses emosional dan intelektual
sekaligus. Manusia mempunyai perasaan
dan pikiran. Hasil belajar maksimal
dicapai apabila orang dapat memperluas perasaan maupun pikirannya.
8.
Belajar adalah hasil kerjasama antara manusia. Dua atau lebih banyak manusia yang saling
member dan menerima akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman,
pertukaran pengetahuan, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai
suatu masalah.
9.
Belajar adalah suatu proses evolusi. Kemampuan orang dewasa untuk mengerti,
memerlukan suatu proses yang berkembang secara perlahan. Tidak dapat dipaksakan sekaligus.
C.
Sumber Belajar
Dengan adanya faktor-faktor
fsikologik dan fsikologik yang mempengaruhi afektivitas belajar orang dewasa,
maka perhatian dicurahkan para sarjana pada penciptaan suasana pada situasi
belajar yang paling dapat diharapkan membawa hasil bagi proses belajar.
1.
Kumpulan-kumpulan Aktif
Proses belajar pada orang dewasaterjadi lebih cepatt dan melekat pada
ingatannya, apabila pembimbing (atau pelatih, atau pemimpin kelompok, entah
apalagi sebutan untuk orang yang mengajar) kurang mendominasi dan kurang
berbicara, dengan mempercayai bahwa mereka yang belajar mampu menemukan
alternative-alternatif dan dan pemecahan masalah yang memuaskan mereka.
2.
Suasana Hormat Menghormati
Orang
dewasa belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati. Ia lebih senang kalau ia turut berpikir dan
mengemukakan pikirannya, daripada pembimbing dan menjejalkan teorinya dan
gagasannya sendiri kepada mereka.
3.
Suasana Harga Menghargai
Karena
belajar bagi orang dewasa bersifat subjektif dan unik, maka lepas darri benar
atau salahnya, segala pendapat, pikiran, perasaan, gagasan, teori, sistem nilai
perlu dihargai. Meremehkan dan
menyampingkan harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang
dewasa.
4.
Suasana Percaya
Mereka yang belajar perlu percaya pada yang mengajar. Namun mereka perlu pula merasa mendapat
kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai
kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa
kepercayaan situasi belajat tidak akan membawa hasil yang diharapkan.
5.
Suasana Penemuan Diri
Daripada
didiktekan kepada orang dewasa apa yang menjadi kebutuhannya, bagaiman ia harus
bertindak, dan apa-apa yang tidak boleh dilakukannya, ia belajar lebih banyak
apabila kepadanya diberi kesempatan menemukan sendiri dengan bimbingan
pembimbing kebutuhannya, pemecahan masalahnya, dan kesalahan-kesalahannya. Dalam proses itu orang dewasa dapat menemukan
diri segala kekuatan dan kelemahannya.
6.
Suasana Tak Mengancam
Manusia mempunyai system nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan
pendirian yang berbeda. Banyak yang akan
dipelajari kalau masing-masing dapat mengemukakan isi hati dan pikirannya tanpa
rasa takut, walaupun mengetahui adanya perbedaan. Ia harus mempunyai perasaan, bahwa dalam
situasi belajar itu ia boleh berbeda dan boleh berbuat salah tanpa dirinya
terancam (oleh cacatan konduite, oleh
pemecatan, oleh serangan, oleh cemoohan).
7.
Suasana Keterbukaan
Seluruh
anggota kelompok belajar maupun pembimbingnya perlu memiliki sikap
terbuka. Terbuka untuk mengungkapkan
diri, dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Keterbukaan tidak boleh berakibat orang
mendapatkan ejekan, hinaan atau dipermalukan.
8.
Suasana Mengakui Kekhasan
Pribadi
Manusia
belajar secara khas dan secara unik.
Masing-masing tingkat kecerdasan sendiri, kepercayaan sendiri dan
perasaan sendiri. Harus diakui bahwa
masing-masing adalah pribadi yang khas, maka tidak harus selalu sama dengan
pribadi yang lain.
9.
Suasana Membenarkan
Perbedaan
Paling membosankan adalah suasan yang hanya seakan mengakui satu
kebenaran, satu metode “yang benar”, satu sikap “yang patut”. Padahal manusia dengan latar belakang
pendidikan, latar belakang kebudayaan dan pengalaman masa lampau masing-masing
dapat memberi investasi berharga, justru karena perbedaannya. Proses belajar sangat ditingkatkan
efektivitasnya kalau perbedaan dianggap wajar, bahkan dianggap bermanfaat bukan
merusak.
10.
Suasana Mengakui Hak Untuk
Berbuat Salah
Suasana
belajar yang baik adalah apabila orang-orang berani dan mau mencoba perilaku
baru, sikap dan mau mencoba pengetahuan baru.
Sedangkan yang baru mengandung resiko tterjadinya kesalahan. Maka kesalahan, kekeliruan adalah bagian yang
wajar dalam belajar.
11. Suasana Membolehkan Keraguan
Orang
dewasa yang berkumpul untuk belajar bersama, seringkali menghasilkan beberapa
alternative, menghasilkan beberapa teori, dan bukan jarang dua-tiga diantaranya
nampak sama baik atau buruk. Pemaksaan
untuk menerima salah sebagai yang paling tepat, paling benar akan menghambat
dalam proses belajar. Keraguan harus
diperkenankan untuk waktu yang cukup, agar tercapai keputusan akhir yang
memuaskan.
12. Evaluasi Bersama Dan Evaluasi Diri
Pada
akhirnya orang ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Orang ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan
dirinya. Maka evaluasi bersama oleh
seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan. Dan renungan itu ia dapat mengevaluasi
dirinya, karena pada akhirnya ia diharapka lebih mengenal dirinya dari orang
lain yang persepsinya bias saja kurang tepat.
BAB V
PEMBIMBING
BELAJAR ORANG DEWASA
A.
Fungsi pembimbing
Fungsi seorang pembimbing mencakup, sebagai berikut :
Ø Penyebar pengetahuan
Pada waktu ia
mengusahakan penyampaian informasi dan pengetahuan kepada kelompok belajar.
Ø Pelatih keterampilan
Pada waktu ia
bermaksud memberikan tambahan keterampilan baru, melalui latihan-latihan
praktek yang mengajak peserta untuk belajar sambil mengerjakan.
Ø Perancang pengalaman belajar
kreatif
Pada waktu ia
menciptakan situasi belajar yang memungkinkan anggota kelompok mendapatkan
pengalaman baru, atau membantu peserta menata pengalamannya dimasa lampau
dengan cara baru, sehingga timbul kesempatan untuk berlaku lain daripada yang
sudah terbiasa.
B.
Sikap pembimbing
Sikap seseorang sebagai
pembimbing belajar bagi orang dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang
besar. Sebab orang dewasa lebih kritis
daripada anak-anak, sebab orang dewasa
mempunyai bahan untuk perbandingan untuk menilai sikap pembimbing, sebab orang
dewasa berpegangan pada norma-norma yang berlaku dalam kelompok ataupun
lingkungannya.
Empaty “menyetel pada
gelombang pemancar para peserta” : mencoba melihat sesuatu sebagaimana mereka
melihatnya, mengadaptasi suatu kerangka acuan, berada dan bersatu dengan
peserta, membiarkan diri sendiri mengalami atu menyatu dalam pengalaman para
peserta, merenungkan makna pengalaman itu sambil menekan penilaian saya
sendiri, lalu mengkomunikasikan pengertian itu kepada mereka, bersikap
manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta hanya
secara intelektual, ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka.
Respek. Mempunyai pandangan positif terhadap peserta,
mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian, menerima orang lain dengan
penghargaan penuh, menghargai perasaan, pengalaman dan kemampuan mereka,
menghargai perasaan dan pengalaman saya sendiri.
Kortimen dari
kehadiran. Menghadirkan diri secara
penuh, siap menyertai kelompok dalam segala keadaan, mengakui secara jujur
kalau saya merasa bosan atau pikiran melayang jauh, melibatkan diri dalam
suka-duka kelompok.
Membuka diri.
Keterbukaan mempunyai dua segi, yaitu :
1.
Menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran,
konsep dan pengalaman saya sendiri, setiap saat merubah sikap dan pendapat dari
konsep saya sendiri, tidak bersikap ngotot agar bermunculan
kemungkinan-kemungkinan baru.
2.
Secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain,
mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya,
bagaimana pandangan saya, suka dan duka saya, mau mengambil resiko melakukan
kekeliruan.
C.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Sikap Dan Peran Pembimbing
Beberapa faktor yang
mempengaruhi sikap dan peran pembimbing, antara lain :
1.
Tujuan dan rancangan pendidikan
Sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai, maka disusunlah sebuah rancangan (design)
dari suatu kegiatan pendidikan.
2.
Lamanya pendidikan
Dalam program akhir pekan yang
berlangsung hanya satu setengah atau dua hari, pembimbing akan lebih aktif
dalam merangsang proses belajar peserta daripada dalam suatu program yang
berlangsung selama satu minggu.
3.
Komposisi peserta
Peserta pendidikan orang dewasa
umumnya heterogen dalam banyak hal, hanya berada secara gradual antara kelompok
yang satu dengan yang lain.
4.
Harapan peserta
Orang dewasa yang menghadiri
suatu program pendidikan jarang sekali datang tanpa adanya harapan
tertentu. Makin tinggi harapan peserta,
makin sukar tugas pembimbing untuk memenuhi harapan itu.
5.
Harapan penyelenggaraan
Pendidikan orang dewasa umumnya
diselenggarakan oleh suatu organisasi, perusahaan lembaga, kelompok agama. Juga badan ini mempunyai harapan dan tujuan
yang hendak dicapainya melalui kegiatan yang diselenggarakanya.
6.
Profesi pembimbing
Tentu saja pembimbing sendiri
sebagai pribadi yang mempunyai latar belakang, profesi, hobi, pengalaman,
pengetahuan banyak menentukan sikap dan perannya sebagai pembimbing.
7.
Keadaan pembimbing
Kelebihan fisik, kecemasan
adalah faktor lain yang mempengaruhi efektivitas bimbingannya dan kelincahannya
menyesuaikan diri dengan kelompok.
BAB VI
METODE
PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Pemilihan
metode hendaknya ditentukan oleh tujuan pendidikan, yang pada garis besarnya
dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
1.
Ada proses belajar yang dirancang untuk membantu orang menata
pengalaman masa lampau yang dimilikinya dengan cara baru, misalnya melalui
konsultasi, latikan kepekaan dan beberapa jenis latihan manajemen, yang
membantu individu untuk dapat lebih memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya
tetapi kurang disadarinya.
2.
Ada proses belajar yang dirancang untuk memberikan
pengetahuan baru, keterampilan baru, yakni mendoromg individu meraih lebih
jauuh daripada apa yang diketahuinya, apa yang menjadi anggapannya, keterampilannya
hingga kini, misalnya belajar menggunakan computer.
Posisi atau sifat pengalaman
belajar dalam continuum tersebut mempengaruhi hal-hal dibawah ini :
Ø Persiapan dan orientasi bagi
proses belajar
Ø Suasana dan kecepatan
belajar
Ø Peran dan sikap yang mengajar
Ø Peran dan sikap belajar
Ø Metode yang diterapkan untuk
berhasilnya usaha belajar
Piramida belajar (pyramid
of learning) yang terkenal seperti dibawah ini dilengkapi dengan metode
yang dipakai :
|
![](file:///C:\Users\TURKHA~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image011.gif)
![](file:///C:\Users\TURKHA~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image012.gif)
bicara
![]() |
lihat
![]() |
kerjakan
Alat-alat peraga (Audio Visual Aids) yang sudah lazim
digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut :
Ø Papan tulis. Penyelenggara sekurang-kurangnya mampu
menyediakan papan tulis hitam beserta kapurnya.
Akan lebih baik jika dapat disediakan kapur tulis warna-warni untuk
menonjolkan kontras dan tekanan secara menarik
Ø Kertas Koran. Sebagai ganti papan tulis, banyak pembimbing
menggunaka kertas Koran yang dijepitkan pada papan. Lembaran-lembaran kertas kosong mudah dibeli
ditoko-toko alat tulis. Keuntungan
menulis diatas Koran adalah tidak perlunya pembimbing menghapus apa yang telah
ditulisnya.
Ø Papan flanel. Untuk menyertai pembahasan secara bertahap,
apabila yang hendak dijelaskan menggambarkan suatu proses, suatu gerakan, suatu
perkembangan, atau perbandingan menarik untuk menggunakan papan flannel.
Ø Overhead projector adalah
sebuah alat listrik yang dapat memproyeksikan gambar, tulisan, garis-garis
grafik dan sebagainya pada sebuah layar atau dinding.
Ø Slide. Penceramah dapat pula menggunakan slide,
terutama apabila hendak menyampaikan sebuah kisah dengan visualisasi, misalnya
tentang apa yang dilakukan orang disuatu negeri atau daerah lain. Slide dapat diiringi ilustrasi musik dan
komentar yang direkam pada kaset.
1.
Diskusi
Berdiskusi adalah kegiatan
manusia yang alamiah. Suatu kegiatan
yang menarik, kreatif dan mengasyikan.
Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir bersama dan mengungkapkan
pikirannya sehingga menimbulkan pengertian pada diri sendiri, pada pandangan
kawan-kawan diskusi, dan juga pada masalah yang didiskusikan. Melalui diskusilah pribadi-pribadi tumbuh dan
paguyuban tumbuh.
Simposium. Dalam sebuah simposium beberapa orang ahli
menyampaikan prasaran singkat, dilanjutkan dengan diskusi atau tukar pikiran
dihadapan sejumlah hadirin. Hadirin dapat
mengajukan pertanyaan. Pandangan dan
pendirian yang berbeda mengungkapkan dan kesimpulan-kesimpulan dapat diambil.
Diskusi Panel. Seorang pemimpin bertindak sebagai moderator
yang mengatur jalannya diskusi antara beberapa orang panelis. Tanya jawab dapat pula berlangsung dengan
hadirin.
Buzz Groups. Banyak masalah orang dewasa sesungguhnya
dapat dipecahkan melalui tukar pikiran dengan mengikutsertakan semua pihak yang
bersangkutan. Untuk partisipasi penuh
semua hadirin, kelompok besar (paripurna) dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 5 sampai 8 orang.
Case Study. Kalau mau di Indonesiakan,
mungkin dapat terarah dan efektif disebut “mempelajari kasus”. Dengan metode ini, pembimbing mengemukakan
suatu kasus, yakni suatu rangkaian kejadian dengan segala liku-likunya, segala
datanya yang merupakan suatu persoalan yang memerlukan pemecahan.
2.
Pemeranan (atau dalam bahasa
inggrisnya Role Playing)
Pemeranan adalah suatu usaha
untuk membantu para peserta mengalihkan suatu masalah belajar yang tertulis
kedalm praktek. Katakanlah suatu
“dramatisasi” dari persoalan.
Ada beberapa variasi dalam
pemeranan, untuk mencapai tujuuan belajar tertentu.
Role reversal, sebutlah dalam bahasa Indonesia peran terbaik. Tujuannya menumbulkan kepekaan terhadap
kedudukan dan keadaan pihak lain, agar dapat lebih menimbulkan perasaan orang
lain. Juru tulis memerankan direktur,
direkturnya menjadi juru tulis dan mereka memainkan suatu kejadian ketika juru
tulis melakukan kesalahan yang menimbulkan kerugian pada perusahaan. Atau ayah yang berperan sebagai anak, anaknya
berperan sebagai ayah.
Alter ego, untuk memahami masalah
komunikasi, dan adanya pikiran serta perasaan yang tidak diucapkan, pemeranan
alter ego dapat digunakan. Alter ego
boleh dikatakan beelaku sebagai “hati nurani”.
Dalam metode ini, untuk setiap pemeran ditunjuk seorang pemeran lain
yang berkata dan bersikap sebagai hati nurani pemeran pertama.
3.
Struktur experiences
Metode experiensial (= dengan jalan mengalami) ini merupakan
cirri khas dari metode belajar yang terkenal sebagai pendekatan
laboratories. Manfaatnya sangat besar
dalam pendidikan orang dewasa yang bertujuan meningkatkan keterampilan dalam
hubungan antar sesame (human relations
skill), perubahan perilaku, dan kerjasama dalam organisasi.
Ada lima langkah dalam
proses belajar dari pengalaman, berbentuk lingkaran :
Dimulai dari mengalami
sesuatu, yakni ketika peserta terlibat dalam suatu kegiatan laboratories. Ia bersikap, berlaku dan berbicara secara
tertentu. Ia juga mengamati dan melihat
orang lain berbuat dan bersikap atau berkata sesuatu.
BAB VII
MERANCANG
PROGRAM LATIHAN
Salah satu
cara untuk memperoleh jawaban atas kelima pertanyaan tersebut adalah dengan
mengikuti langkah-langkah yang akan diuraikan secara sistematis dan logis.
Langkah Pertama : Kebutuhan
Setiap pendidikan orang dewasa yang diselenggarakan
mengandung maksud memenuhi suatu kebutuhan. Mungkin untuk memenuhi kebutuhan
para peserta yang diundang hadir. mungkin untuk memenuhi kebutuhan organisasi
yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan itu. Penekanan kebutuhan itu berbeda
bagi suatu badan sosial yang bergerak dalam kegiatan pembangunan masyarakat,
dan sebuah perusahaan atau pabrik dan suatu instansi pemerintah.
Langkah Kedua : Sasaran
Istilah sasaran dapat didefinisikan sebagai penentuan dan
perincian perilaku peserta yang diharapkan setelah ia menyelesaikan kegiatan
pendidikan. Dengan kata lain, sikap bagaimana, pengetahuan apa, keterampilan
apa yang diharapkan dikuasai peserta setelah pendidikan.
Langkah Ketiga : Sumber
Langkah
selanjutnya adalah menganalisa kesediaan sumber-sumber. Mungkin juga
sumber-sumber yang masih dapat diusahakan. Berapa dana yang tersedia,
penceramah dan pembimbing mana saja yang ada, fasilitas apa saja yang
diusahakan, alat-alat apa saja yang digunakan.
Langkah Keempat : Hambatan
Hambatannya misalnya ketersediaan tempat yang tersedia
kurang memadai, mungkin peralatan tertentu sudah tua atau dipakai pihak lain,
mungkin cuaca akan buruk, mungkin penceramah tamu yang ahli berhalangan. Apa
bila hambatan terlalu gawat dan tidak mungkin dapat diatasi, sebaiknya
pelaksanaan program pendidikan itu ditunda atau batalkan saja.
Langkah Kelima : Alternatif
Pilihan-pilihan lain harus
dikembangkan untuk dapat mencapai sasaran program. Pilihan lain yang tidak
cukup bisa untuk bisa mencapai sasaran bukanlah alternatif namanya. Sedapat
mungkin carilah lebih dari pada satu alternatif, dan alternatif itu hendaknya
masuk akal, realistis, dan cukup wajar. Alternatif biasanya dapat dikembangkan
dengan mengundang segala pihak untuk mengemukakan gagasannya.
Langkah Keenam : Seleksi
Pada hakekatnya melakukan pilihan atau seleksi berarti
mengadakan evaluasi yang sistematis atas semua alternatif dengan
memperhitungkan sumber-sumber dan rintangan-rintangan yang diketahui, serta
tidk lepas dari sasaran yang hendak dicapai. Pilihan dijatuhkan pada alternatif
yang paling baik, yakni yang paling efisiensi dan paling efektif.
Contoh Rancangan Program Latihan
Program
Latihan yang sudah dilengkapi dengan penjadwalan waktunya itu disusun setelah
melampaui suatu penelitian, langkah-langkahnya :
1. Yang
akan dididik adalah orang-orang dewasa yang berminat untuk membantu masyarakat
dalam lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya; tanpa
atau sangat sedikit mempunyai pengetahuan perkoperasian; heterogen dalam
pendidikan formal, profesi, usia dan jenis kelamin.
2. Mereka
diharapkan akan mempelajari falsafah kerja sama dalam kelompok, keterampilan
hubungan antara manusia (human relations),
supaya faktor manusia dalam menjalankan organisasi koperasi kredit mendukung
pengelolaan teknisnya dengan sikap dan tingkah laku yang matang dan tepat.
3. Yang
akan menyampaikan pelajaran adalah tiga orang staf pendidikan biro konsultasi
koperasi kredit sendiri, yang semuanya telah mendapatkan latihan khusus dan
cukup mengenai perkoperasian kredit maupun mengenai metoda pendidikan orang
dewasa.
4. Mereka
akan dididik dengan metode pendidikan orang dewasa. Falsafah kerjasama dalam
kelompok dan keterampilan hubungan antara manusia dilatih dengan metoda
laboratories; pengetahuan dasar melalui ceramah; kepengurusan; dan peraturan
dengan case studi; pendekatan
manusiawi dengan cara pemeranan (role
playing); motivasi melalui pemerataan slide, teknis administratif melalui
cara latihan eksperiensial.
5. Evaluasi
hasil pendidikan akan di evaluasikan dalam dua tahapan. Segera sesuai program
pendidikan, termasuk dalam acara penutupan, para peserta akan diminta mengisi
formulir evaluasi yang akan disediakan.
BAB VIII
EVALUASI PROGRAM
Beberapa cara diuraikan dibawah ini
untuk melakukan evaluasi dalam pendidikan orang dewasa, dan cara-cara lain
masih dapat dikembangkan secara kreatif oleh masing-masing pembimbing.
1. Umpan
Balik.
Tiap peserta secara bergantian mengemukakan
fikirannya dan perasaannya mengenai pelajaran hari itu.
2. Refleksi
Dengan meminta kesunyian selama
5 menit, masing-masing peserta dapat merenungkan arti hari itu bagi dirinya dan
apa yang telah dipelajarinya.
3. Diskusi
kelompok
Para peserta dapat dibagi dalam kelompok kecil agar lebih mudah dan lebih
bebas berbicara.
4. Qnestionnaire
Formulir pertanyaan dapat disiapkan dan dibagikan kepada semua peserta
didik untuk diisi.
5. Tim
pengelola
Cara evaluasi proses belajar yang serba guna adalah dengan membentuk tim
pengelola (management team). Dari
antara para peserta dibentuk sebuah tim yang terdiri dari satu orang moderator, satu atau dua orang pencatat, dan satu atau dua orang evaluator.
Untuk mempermudah para peserta
memahami tugasnya, baik kiranya kepada mereka diberikan catatan berikut .
Kewajiban moderator :
Mengatur penyelenggaraan
secara tertib; mengatur agar acara hari itu berlangsung menurut jadwal.
Mengatur agar kelompok
diskusi terbentuk dan mendapatkan kejelasan mengenai tempat-tempat diskusi dan
cara pelaporan hasilnya.
Kewajiban pencatat :
Mencatat
penyajian-penyajian utama serta diskusi yang timbul dari ceramah atau penyajian
tersebut. Hasil diskusi dimasukkan didalam laporannya sendiri. Memperbincangkan
laporannya dengan timnya untuk memastikan kejelasannya dan kepadatannya.
Kewajiban evaluator :
Memberikan pandangan
evaluative mengenai proses kelompok :
Ø
Kejadian-kejadian
hari itu;
Ø
Partisipasi dan perhatian para peserta;
Ø
Mutu
komunikasi yang berlangsung;
Ø
Isi
pelajaran hari itu
Ø
Penyajian
para pembimbing;
Memberikan saran-saran perbaikan dalam hal interaksi, agar semua dapat
belajar sebaik-baiknya.
6. Evaluasi
menyeluruh
Pada akhir program diadakan evaluasi menyeluruh, baik secara lisan atau
tertulis. Isi evaluasi menyeluruh dapat menyangkut dua aspek, yakni :
a) Umpan
balik bagi penyelenggara mengenai kekuatan, maupun kelemahan program;
b) Apa
yang dipelajari oleh peserta selama program ini dalam bidang penambahan
pengetahuan dan bidang perubahan sikap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar