Senin, 28 April 2014

ANDRAGOGI

.

BAB I
PENGERTIAN DAN BEBERAPA ASUMSI DASAR
ANDRAGOGI (PENDIDIKAN ORANG DEWASA)

A.    Pengertian Andragogi ( Pendidikan Orang Dewasa)
            Kebanyakan teori mengenai proses belajar mengajar didasarkan pada rumusan pendididkan sebagai suatu proses transmisi budaya. Maka dari teori itu lahirlah istilah paedagogi yang asal bahasanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu paid berati anak dan agogos yang berarti memimpin atau membimbing. Selanjutnya paedagogi diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak, yang selanjutnya berkembang istilah paedagogi tersebut berubah artinya menjadi ilmu dan seni mengajar.

B.  Beberapa Asumsi dan Implikasinya
     Perbedaan yang mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan paedagogi.
     Andragogi pada dasarnya menggunakan asumsi-asumsi :

1)   Konsep Diri
            Konsep diri seorang anak adalah bahwa dirinya tergantung kepada orang lain. Hampir seluruh kehidupannya diatur oleh orang dewasa baik di rumah ditempat bermain baik di rumah, ditempat bermain, di sekolah maupun ditempat ibadah, dan ketergantungannya berkurang ketika ia beranjak dewasa dan mulai tumbuh kesadarannya serta mengambil keputusannya sendiri.

2)   Pengalaman
                   Bagi anak-anak pengalaman itu adalah sesuatu yang terjadi pada dirinya. Ini berarti bahwa pengalaman bagi anak merupakan suatu stimulus yang berasal dari luar dan mempengaruhi dirinya dan bukan merupakan bagian yang terpadu pada dirinya sendiri.
       Perbedaan pengalaman antara anak dan orang dewasa menimbulkan konsekuensi dalam belajar. 

3)   Kesiapan untuk Belajar
       Robert J. Havighurst membagi masa depan dewasa terbagi atas tiga fase serta mengidentifikasi 10  peranan sosial dalam masa dewasa, yaitu masa dewasa awal umur 18-30 tahun, masa dewasa pertengahan 30-55 tahun, dan masa dewasa akhir berumur antara 55 tahun lebih. Kesepuluh peranan sosial pada masa dewasa adalah sebagai pekerja, kawan, orang tuan, kepala rumah tangga, anak dari orang tua yang sudah berumur, warga negara anggota organisasi, kawan sekerja, anggota keagamaan dan pemakai waktu luang. Menurut Havighurst penampilan orang dewasa dalam melaksanakan peranan sosialnya berubah sejalan dengan perubahan ketiga fase tersebut.
     Sebagai implikasi dalam proses belajar orang dewasa atas uraian diatas maka :
a.    Urutan kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas perkembangannya dan bukan disusun berdasarkan uraian logik mata pelajaran atau berdasarkan kebutuhan kelembagaan.
b.    Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberikan petunjuk dalam belajar secara kelompok. Untuk tugas-tugas perkembangan maka belajar secara kelompok yang anggota kelompoknya bersifat homogen akan lebih efektif.

4)   Orientasi Terhadap Belajar
     Implikasi dalam proses belajar orang dewasa dengan adanya pert dan dalam orientasi terhadap belajar antara orang dewasa dan anak-anak adalah :
a.    Para pendidik orang dewasa bukanlah berperan sebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu, tetapi ia berperan bagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
b.    Kurikulum dalam pendidikan untuk orang dewasa tidak berorientasikan kepada mata pelajaran tertentu tetapi berorientasikan kepada masalah.
c.    Oleh karena orang dewasa dalam belajar berorientasi kepada maslah maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan pula masalah atau perhatian  yang ada pada benak mereka.














  

BAB II
MENILAI KEBUTUHAN DAN MINAT DALAM
PERENCANAAN PROGRAM

A.    Langkah Penting Yang Rawan
Para pendidik yang berorientasi kepada pedagogi, akan mengalami kesulitan memahami kenyataan dalam kehidupan orang dewasa yang diharuskan belajar agar mereka tetap hidup, tetap sehat dan seterusnya.  Mereka tidak akan belajar, tetapi jika mereka anak-anak, mereka akan mempelajari itu semua.  Inilah salah satu perbedaan utama antara andragogi dan pedagogi.  Bagi anak-anak belajar merupakan kewajiban, dalam arti apabila mereka tidak belajar, maka masyarakat akan memberikan ganjaran
B.     Hakikat Kebutuhan
Banyak orang yang menyamakan mengenai pengertian antara kebutuhan (needs) dan keinginan (want).  Demikian pula mengenai perbedaan antara keduanya.  Tetapi tulisannya ini tidak akan membahasnya, mengenai kedua pengertian di atas, tetapi yang utama adalah akan memberikan perumusan operasional yang akan bermanfaat dalam perencanaan program belajar.
Pengertian kebutuhan dalam pengembangan program pendidikan dibedakan atas kebutuhan dasar dan kebutuhan pendidikan.

1.      Kebutuhan Dasar
Salah satu rumusan dikemukakan oleh Abraham Maslow dengan “ kebutuhan yang bersifat hirarki” yang dapat digambarkan seperti dibawah ini.







    Kebutuhan
Perwujudan diri
Kebutuhan
Penghargaan atas diri
Kebutuhan social
Kebutuhan keamanan


 
Kebutuhan fisik





Dr. Abraham Maslow, Gardner Murphy menggambarkan kebutuhan itu atas 4 degree yang terdiri dari :
a.       Kebutuhan dasar yang berkaitan bagian-bagian penting tubuh misalnya kebutuhan untuk makan, minum, udara dan sejenisnya.
b.      Kebutuhan akan kegiatan, meliputi kebutuhan “untuk tetap bergerak”.
c.       Kebutuhan sensoris yang meliputi kebutuhan untuk warna, suara ritme.  Kebutuhan yang berorientasi terhadap lingkungan dan sejenisnya.
d.      Kebutuhan untuk menolak sesuatu yang tidak mengenakkan, seperti rasa sakit, ancaman, ketakutan dan sejenisnya.

2.      Kebutuhan Pendidikan
          Kebutuhan dasar mempunyai kaitan yang relevan dengan pendidikan dalam arti bahwa kebutuhan tersebut mendoroong timbulnya belajar serta menciptakan kondisi yang perlu diperhitungkan oleh para pendidik, jika ia ingin membantu orang lain untuk belajar.
Kebutuhan pendidikan, dilain pihak adalah sesuatu yang haris dipelajari oleh orang itu demi kebaikan bagi dirinya, bagi lembaganya maupun bagi kebaikan bagi masyarakatnya.  Kebutuhan pendidikan itu adalah merupakan kesenjangan antara penampilan kemampuan yang diinginkan sebagai keinginan yang dimiliki oleh dirinya, lembaganya ataupun masyarakatan.

 

Maka dengan demikian, kebutuhan pendidikan adalah kesenjangan antara apa yang diingini oleh seseorang atau lembaganya atau masyarakatnya dengan kemampuan yang ada pada dirinya

C.    Hakikat Minat
Minat sebagaimana dirumuskan dalam “Encyklopedia of Psycholog” adalah “faktor yang ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan ia tertarik atau menolak terhadap objek, orang dan kegiatan dalam lingkungannya”.  Tetapi dalam hubungannya dengan apa yang telah dibicarakan terdahulu, “minat pendidikan” dapat dirumuskan lebih khusus yaitu pilihan diantara beberapa kemungkinanan kegiatan yang dipandang akan, memuaskan kebutuhan pendidikannya.  Jika kebutuhan dapat diekspresikan dengan prilaku “want” atau “desire”, maka minat dapat diekspresikan dengan “liking” atau “preference”.

1.      Minat Umum
Hakikat minat adalah sngat bersifat pribadi, dan oleh karena, minat sangat berbeda antara orang yang satu dan yang lainnya, bahkan minat dalam diri seseorang berbeda dari waktu kewaktu.  Tetapi beberapa upaya telah dikembangkan untuk mengkategorisasikan minat yang akan bermanfaat untuk tuntunan dalam menemukan minat khusus seseorang.  Lorge telah menyumbangkan suatu cara yang praktis dalam mengkategorikan minat, seperti daftar berikut ini.

2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Beberapa generalisasi tentang pengaruh tingkat social ekonomi terhadap minat berdasarkan hasil studi Johnstone adalah :
a.         Makin rendah tingkat status sosial ekonomi seseorang, maka makin kurang menekankan pentingnya akan pendidikan.
b.        Rata-rata warga masyarakat dari tingkat ekonomi yang rendah minat terhadap pendidikan sepanjang pendidikan itu mempunyai kegunaan praktis terhadapnya.
c.         Walaupun pendidikan secara luas dipandang sebagai suatu saluran yang tepat untuk mobilitas sosial, rata-rata warga masyarakat, berasal dari status social ekonomi rendah kurang siap dibanding dengan mereka yang status sosial ekonominya tingkat menengah untuk melanjutkan pendidikannya.
d.        Rata-rata warga masyarakat dari status sosial ekonomi rendah tidak melihat pendidikan sebagai upaya untuk perkembangan pribadi atau realisasi diri pribadi, dan ini dapat dijelaskan mengapa kurang siap untuk mengikuti program pendidikan yang bertujuan untuk rekreasi daripada yang bertujuan keterampilan.

3.      Perubahan Minat Dalam Daur Kehidupan
Minat terhadap keterampilan dan kehidupan keluarga cenderung didominasi oleh orang yang dewasa muda (18 tahun s/d 35 tahun).  Hal ini disebabkan karena mereka ingin mencari kemapanan dalam pekerjaan dan rumah tangga.  Mereka yang berumur dewasa tua (35 tahun s/d 55 tahun) cendrung mempunyai minat pada masalah pisik, kegiatan social dan kesehatan.  Sedangkan mereka yang mendekati masa tua minatnya menunjukkan pada aspek kebudayaan termasuk agama.

D.    Menilai Kebutuhan Dan Minat
Ada tiga sumber kebutuhan dan minat yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan program-program pendidikan.  Ketiga sumber tersebut berasal dari :
1.      Individu yang akan diberikan pelayanan pendidikan
2.      Organisasi atau lembaga yang menjadi sponsor
3.      Masyarakat secara keseluruhan

1.      Kebutuhan Dan Minat Individu
Apa yang harus dipelajari seseorang dapat diperooleh dari sumber-sumber   seperti berikut :
a.    Dari orang itu.  Untuk mengetahui kebutuhan belajar orang tersebut dapat dilakukan dengan melalui wawancara, diskusi kelompok, ataupun menggunakan kuesioner.
1)   Kuesioner yang bersifat proyektif, yaitu suatu pertanyaan kepada responden untuk memproyeksikan dirinya kedalam suatu situasi.
2)   Kuesioner yang berupa kalimat tidak lengkap.
b.    Dari orang yang mempunyai “peran pembantu” orang lain.  Melalui wawancara atau pertanyaan terhadap orang-orang yang mempunyai peran pembantu orang lain misalnya, guru, ulama, pekerja sosial, perawat, petugas laporan dan sejenisnya, maka kebutuhan seseorang dapat diidentifikasi.
c.    Dari madia massa.  Pola kebutuhan belajar seseorang dapat pula dianalisis dari tema-tema yang ada pada media massa.
d.   Dari buku-buku yang bersifat professional.  Jurnal-jurnal yang bersifat professional misalnya, dalam bidang psikologi, sosiologi, antropologi, politik, agama, ekonomi, maka akan dapat diperoleh dengan yang lebih mendalam terhadap kebutuhan-kebutuhan belajar orang dewasa untuk mengembangkan pribadinya.
e.    Dari organisasi dan survey masyarakat.  Teknik yang disarankan untuk mengetahui kebutuhan belajar individu melalui organisasi survey masyarakat akan dibahas kemudian.

2.      Kebutuhan Organisasi
Suatu organisasi atau lembaga adalah organisme yang hidup yang mempunyai kebutuhan juga.  Apabila mengambil “hirarki” kebutuhan yang dikemukakan Maslow, maka organisasi itu mempunyai pula kebutuhan untukk hidup, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk hidup dan kebutuhan perwujudan diri.  Hal tersebut sangat tergantung kepada para personalnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.  Dalam setiap kelembagaan biasanya memikirkan mengenai kebutuhan latihan,
Dalam setiap situasi organisasi serimg terjadi kebutuhan akan latihan secara berulang-ulang, apabila :
Ø  Adanya pegawai baru
Ø  Adanya penugasan pimpinan baru, yang ia belum kenal akan Tanya
Ø  Cara mengerjakan pekerjaan yang terdahulu telah berubah
Ø  Adanya alat-alat baru
Ø  Tujuan dan cara kerja telah berubah

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan latihan adalah :
a.      Wawancara
Metode wawancara akan dapat membantu kita memahami bagaimana perasaan orang laindan mengapa.  Juga wawan cara merupakan yang bersifat pribadi, yang menunjukkan minet kita untuk apa yang dipikirkan orang lain dan lembaganya.  Wawan cara yang bersifat terbuka-tertutup serta tidak mengarahkan, akan lebih bernilai untuk mengetahui perasaan dan sikap seseorang.


b. Angket
Angket berguna pula sebagai alat untuk mengumpulkan informasi yang memungkinkan kebutuhan latihan itu di[eroleh dari informasi tersebut.  Seperti halnya wawancara, maka dalam angket responden dapat mempunyai kesempatan untuk menyatakan perasaannya, tanpa adanya perasaan khawatir (karena nama responden dalam angket tidak dicantumkan).

b.      Laporan Dan Catatan Manajemen
Laporan dan catatan dari manajemen akan memberikan pula data yang berharga mengenai kebutuhan latihan.  Misalnya hasil laporan pengawasan, laporan kepegawaian, laporan produktivitas dan biaya.  Hanya laporan dan catatan itu jarang memberikan data yang berkenaan dengan suatu permasalahan.  Tetapi walaupun demikian, laporan dan cacatan itu baik untuk bahan suplemen dalam menentukan kebutuhan latihan.

c.       Test
Beberapa macam test dapat pula digunakan untuk menentukan kebutuhan latihan.  Khususnya dengan cara test ini, akan dapat diketahui kekurangan dan kelemahan dalam bidang pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga dengan demikian dapat ditemukan upaya menanggulangi.

d.      Analisis Masalah Kelompok
Pada proses ini tidak hanya mengidentifikasi kebutuhan latihan, tetapi juga membangun suatu dasar-dasar yang kokoh dalam membantu yang telah diputuskan untuk dilaksanakan.  Dapat ditambahkan bahwa prose situ sendiri adalah merupakan suatu latihan pila bagi para supervisor agar lebih menjadi analitis dalam menstudi suatu permasalahan serta memberikan kesempatan dalam memecahkan permasalah.



e.       Analisis Pekerjaan Yang Dikombinasikan Dengan Penilaian Terhadap Penampilan
Secara singkat prosesnya adalah, menentukan tugas-tuastertentu untuk suatu pekerjaan.  Yang diobservasi oleh supervisor adalah pegawai yang sedang bekerja, keselaman dan cara dia melakukan pekerjaan.  Kecepatan dan ketepatan serta jumlah pekerjaan yang diselesaikan, konformitas terhadap prosedur yang ada, penampilannya, komunikasinya, pengertian dan hubungannya dengan sesama pegawai yang lainnya.

f.       Teknik Inseden Kritis
Teknik insiden adalah suatu cara untuk mengetahui kebutuhan latihan dengan menganalisis kebutuhan seseorang serta mengevaluasi penampilan pekerjaannya dengan penekanan pada jenis perilaku yang efektif dan tidak efektif dilihat dari penampilannya.  Pada setiap persyaratan itu diberi diskripsi, biasanya dalam bentuk daftar cek dari perilaku pekerjaan yana dapat dilihat.  Supervisor hanya mengecek catatan tersebut serta member beberapa catatan hasil observasinya itu apabila perlu.

g.      Panel Penilaian
Panel penilaian adalah suatu cara yang dewasa ini mulai banyak digunakan dalam bidang perdagangan dan pemerintahan untuk mengidentifikasi kebutuhan latihan.  Langkah-langkah dasar dalam melakukan teknik ini adalah :
1.      Mengadakan penilaian suatu proses untuk mengetahui kapasitas seseorang dalam melaksanakan tugasnya saat ini dan dalam menangani tugas-tugas dimasa depan.
2.      Mengadakan review, yaitu laporan supervisor berupa hasil penilaian yang diperoleh dari panel itu kemudian disampaikan kepada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi dengan tujuan :
Ø  Merancang lebih lanjut pengembangan terhadap orang yang dinilai.
Ø  Menilai secara menyeluruh sumber-sumber manusia yang menjalankan organisasi baik sekarang maupun di masa depan.
Ø  Mengidentifikasi seseorang yang fotensial untuk kedudukan yang lebih tinggi.
3.         Mengadakan diskusi, merupakan langkah dimana supervisor dengan orang yang dinilai itu berdiskusi secara pribadi terhadap kekuatan dan kelemahan orang yang dinilai serta mendorong orang tersebut untuk menyetujui rencana pengembangan bagi dirinya.

3.      Kebutuhan Masyarakat
Pengertian “masyarakat” sering berbeda-beda antara pendidik yang satu dengan pendidik yang lainnya.  Bagi lembaga internasional, pengertian masyarakat berarti masyarakat dunia.  Bagi lembaga-lembaga nasional, pengertian masyarakat adalah masyarakat suatu Negara.
Ada beberapa langkah dalam melaksanakan survey masyarakat, diantaranya adalah sebagai berikut :

a.      Merumuskan Tujuan
Setiap kelompok yang ingin melaksanakan survey masyarakat, harus atahu apa yyang penting untuk distudi dari masyarakat itu.  Oleh karena itu, harus dirumuskan dalam tujuan masyarakat.

b.      Membentuk Team Pelaksana
Walaupun studi ini sangat terbatas, maka perlu dibentuk suatu team yang akan merencanakan dan melaksanakan survey tersebut.  Disarankan pula agar dalam team itu didudukkan wakil-wakil yang berasal dari unsure-unsur masyarakat dimana data itu akan diperoleh.




c.       Menentukan Ruang Lingkup Masalah Yang Akan Disurvey
Masyarakat bagaimanapun kecilnya adalah sangat komplek.  Oleh karena itu tidak seorang pun atau kelompok yang mengharapkan dapat mellakukan survey yang lengkap mengenai masyarakat itu.
Beberapa pertanyaan yang dapat dikemukakan, misalnya :
Ø  Apakah yang menjadi ciri utama masyarakat dalam hal umur, seks, pekerjaan, tingkat pendapatan, jenis rumah dan pendapatan ?
Ø  Apakah yang menjadi masalah utama bagi mereka ?
Ø  Sumber-sumber apa yang ada untuk pendidikan ?
Ø  Program-program apa yang diperlukan ?
Ø  Dan seterusnya.

d.      Merekrut Dan Melatih Tenaga Sukarela
Tergantung kepada ruang lingkup masalah yang akan distudi, maka mungkin studi itu memerlukan beberapa tenaga sukarela.  Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh tenaga sukarela itu adalah :
1.    Sebagai perencana, yaitu mereka yang membantu dalam merumuskan pertanyaan peneliti serta merencanakan prosedur untuk memperoleh jawaban.  Tenaga sukarela yang tepat untuk dijadikan perencana ini adalah :
Ø  Mereka yang mengetahui keadaan masyarakat itu secara menyeluruh, misalnya editor surat kabar, politisi atau tenaga pendidik yang mengetahui keadaan masyarakat itu sendiri.
Ø  Mereka yang mengetahui aspek tertentu dalam masyarakat, seperti orang yang berkecimpung dalam dunia perdagangan, keagamaan, pemburuhan, dan sejenisnya,
Ø  Mereka yang mempunyai kemampuan berorganisasi, seperti orang yang berkecimpung dalam perbaikan peningkatan hidup masyarakat.
Ø  Mereka yang mempunyai kemampuan akademik, seperti profesor, ahli hukum, dan sejenisnya.
Ø  Mereka yang mempunyai pengetahuan dan keahlian seperti ahli statistik, ahli sosiologi, ahli perencanaan penggunaan masyarakat dan sejenisnya.
2.      Sebagai perumus, mereka yang akan membuat alat-alat pengukur data.  Tenaga yang tepat untuk dijadikan perumus ini adalah :
Ø  Mereka yang mempunyai pengetahuan tentang masalah yang akan mereka teliti.
Ø  Mereka yang mempunyai keahlian dalam metode survey seperti peneliti, ahli ilmu pengetahuan sosial, ahli statistik.
Ø  Mereka yang mempunyai kemampuan dalam mengorganisir gagasan seperti para penulis.
Ø  Mereka yang mempunyai ketelitian, seperti ahli hokum, perpustakaan, stenografi dan sejenisnya.
3.    Sebagai petugas lapangan, yaitu orang-orang yang ditugaskan untuk mewawancarai para responden.  Tenaga yang tepat untuk petuugas lapangan ini adalah :
Ø  Mereka yang mempunyai status dalam masyarakat, seperti pimpinan masyarakat, orang yang paling tua dimasyarakat itu.
Ø  Mereka yang mempunyai pengalaman bergaul dengan masyarakat, seperti para pekerja organisasi, pedagang, pekerja sial.
Ø   Mereka yang selalu mengikuti petunjuk-petunjuk.
Ø   Mereka yang berani mencoba, yaitu orang yang melakukan pekerjaannya dengan baik apabila diberi kesempatan.
4.    Sebagai pelapor, yaitu mereka yang ditugaskan untuk mengorganisir data dan menghimpunnya dalam suatu laporan.  Tenaga yang tepat untuk pelapor ini adalah :
Ø  Mereka yang mempunyai kemampuan dalam mengorganisir informasi seperti penyunting surat kabar, guru, staf penyuluhan pertanian.
Ø  Mereka yang mempunyai keahlian dalam mempresentasikan data seperti artis, petugas advertensi, guru.
Ø  Mereka yang mempunyai keterampilan dalam menulis, seperti para penulis, pengarang.
5.    Sebagai interpreter, yaitu mereka yang ditugaskan untuk menafsirkan hubungan antara berbagai macam kategori data atau informasi itu dalam hubungannya dengan kebutuhan pendidikan.  Tenaga yang tepat untuk tenaga interpreter itu adalah :
Ø  Mereka yang mempunyai kemampuan dalam menganalisis.
Ø  Mereka yang mempunyai visi terhadap pemerinyahan yang baik.
Ø  Mereka yang mempunyai keahlian khusus, seperti ahli sosiologi, pendidikan dan perencanaan masyarakat.

e.       Mengidentifikasi Sumber Informasi Yang Diperlukan
Sumber informasi yang diperlukan dalam suatu survey masyarakat dapat diperoleh dari :
1.      Bahan-bahan cetak, seperti laporan (pemerintahan setempat, sensus, organisasi, buku petunjuk, laporan survey dan sejenisnya).
2.      Petugas suatu lembaga, seperti para petugas pemerintah, tenaga sukarela, petugas media massa atau anggota dari suatu organisasi.
3.      Orang-orang kunci seperti pimpinan-pimpinan masyarakat, petugas humas, pendidik, penyunting surat kabar.
4.      Warga masyarakat umum, yaitu anggota warga suatu masyarakat.

f.       Mangumpulkan Informasi
Barangkali prosedur yang paling efisien dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan adalah mengorganisir team-team khusus sesuai dengan ruang lingkup survey itu.  Team-team itu diantaranya :
1.      Team analisis bahan cetakan dengan tugas mengumpulkan bahan cetakan serta meringkaskan isinya sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan dalam survey.
2.      Team survey untuk lembaga yang tugasnya mengidentifikasi lembaga-lembaga pemerintah, swasta, dan media massa yang sesuai sebagai sumber informasi.
3.      Team survey untuk organisasi, yang tugasnya mengidentifikasi tugas-tugas pemerintah, profesi, kebudayaan, keagamaan, dan sejenisnya.
4.      Team survey untuk orang-orang kunci yang tugasnya mengidentifikasi para pimpinan masyarakat, pendidik, wartawan dan sejenisnya.
5.      Tean survey untuk sampel populasi, yang tugasnya untuk mengidentifikasi anggota sampel populasi yang dilakukan.

g.      Mengorganisir Informasi
Data-data dan informasi yang telah dikumpulkan harus diorganisir guna dianalisis dann ditafsirkan.  Penafsiran informasi biasanya dilakukan oleh suatu kelompok.  Data-data yang dikumpulkan harus segera dipadukan untuk klasifikasi.  Beberapa saran untuk pengorganisasian data dapat dilakukan dengan menggunakan table, disusun secara narratif, peta, bagan, poto, dan sejenisnya.

h.      Menafsirkan Informasi
Apabila informasi telah disusun, anda harus menyadari bahwa informasi itu belum merumuskan kebutuhan pendidikan untuk suatu masyarakat.  Satu proses lagi masih diperlukan untuk menafsirkan informasi tersebut.  Langkah-langkah untuk menafsirkan informasi tersebut adalah :
1.    Ambil setiap pertanyaan dan lihatlah mengenai jawaban serta yang diberikan oleh responden.
2.    Lihatlah pada data dan lihat apa yang menjadi masalah masyarakat perhatiannya, atau kelemahan yang muncul dari data atau saran tersebut.
3.    Tuliskan masalah, perhatian dan kelemahan itu dengan memperoleh data yang ada.
4.    Diskusi masalah atau perhatian serta kelemahan tersebut dengan para ahli, kelompok-kelompok masyarakat, pemimpin kelembagaan serta petuugas pemerintah.
5.    Tanyakan setiap permasalahn dengan pertanyaan “siapa memerlukan, belajar apa” dan selanjutnya buatlah daftar kebutuhan pendidikan.





BAB III
BELAJAR BAGI ORANG DEWASA

          Nampak adanya tekanan rangkap, pertama pada pencapaian perkembangan individual dan kedua pada peningkatan partisipasi sosial dari pada individu.  Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang dibutuhakan oleh orang dewasa, pria maupun wanita, sesuai dengan bidang perhatiannya dan kemampuannya.
            Perubahan perilaku manusia dapat digambarkan sebagai berikut :


 






Oleh karena perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, pemgetahuan, keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal tertentu oleh material yang tersedia, maka proses belajar manusia dewasa kea rah perubahan sikap baru, memberinya pengetahuan baru, melatihkan keterampilan baru, dan dalam hal tertentu penyedian material baru (misalnya traktor atau bibit unggul untuk petani).
  
Bagi pendidikan orang dewasa ada satu hal yang penting dan yang harus diperhatikan .







Yang terpenting adalah :
APA YANG DIPELAJARI “PELAJAR”
Bukan Apa Yang Diajarkan “Pengajar”
Dengan kata lain, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang diperoleh orang dewasa dari suatu pertemuan pendidikan.  Bukan apa yang dilakukan pembimbing atau pelatih atau penceramah.

Mengapa Orang Dewasa belajar
Pakar pendidikan yang telah melakuka penelitian mengenai orang dewasa perlu belajar atau ambil bagian dalam kegiatan belajar adalah Tought, Sheifeld, dan Morstain dan Smart.  Berikut akan diuraikan pendapat para pakar tersebut secara berturut-turut.
Tought dalam penelitiannya mengajukan tiga alas an mengapa orang dewasa ambil bagian dalan belajar.  Secara umum Tought menyatakan, bahwa orang dewasa belajar karena dorongan dari dalam dirinya sendiri.  Kemudian kesimpulannya adalah:
Ø  pertama dinyatakan bahwa tidak ada alasan tunggal yang bias menjelaskan mengapa orang dewasa belajar.
Ø  Kedua dinyatakan bahwa orang dewasa belajar karena hasrat dalam menggunakan/mengaplikasikan pengetahuan atau keterampilannya.
Dari kedua kesimpulan tersebut Tought mengemukakan 3 pola belajar.  Pertama, orang dewasa belajar karena ingin melakukan sesuatu, atau mungkin karena ada tugas/pekerjaan dari orang lain secara tudak langsung menuntut mereka untuk belajar

Pakar lain yang mengadakan penelitian adalah Sheifield.  Sheifield mengembangkan penelitiannya berdasarkan penemuan Tought.  Hasil penelitian Sheifield menunjukkan 5 faktor yang menyebabkan orang dewasa mengikuti kegiatan belajar.  Kelima faktor itu adalah sebagai berikut :
1.        Untuk belajar itu sendiri
2.        Mendapatkan teman baru
3.        Untuk mengembangkan dirinya sendiri
4.        Untuk kegiatan masyarakat
5.        Untuk kegiatan sosial

Tokoh lain adalah Morstain dan Smart.  Mereka membagi menjadi 6 faktor yang menjadi alasan mengapa orang dewasa belajar.  Keenam faktor itu adalah sebagai berikut :
1.        Faktor hubungan kemasyarakatan, orang dewasa belajar untuk :
Ø  Memenuhi kebutuhan hubungan pribadi dan persahabatan
Ø  Memperoleh teman baru, dan
Ø  Memperoleh teman yang berlainan jenis
2.        Faktor harapan dari pihak luar, orang dewasa belajar untuk :
Ø  Mengamalkan ilmu yang didapatkan dari orang lain
Ø  Melaksanakan harapan seseorang dengan otoritas formal, dan
Ø  Menuruti anjuran beberapa orang yang lebih tahu.
3.        Faktor kesejahteraan sosial, orang dewasa belajar untuk :
Ø  perbaikan kemampuan
Ø  Menyiapkan pelayanan untuk masyarakat
4.            Faktor kemajuan profesi, orang dewasa belajar untuk :
Ø  Memberikan status lebih tinggi dalam masyarakat
Ø  Menguatkan kemajuan profesi, dan
Ø  Meneruskan dengan cara kompetensi
5.        Faktor pelarian diri/dorongan hati, orang dewasa belajar untuk :
Ø  Memperoleh kelegaan terlepas dari rasa jenuh
Ø  Memperoleh rasa santai setelah bekerja dirumah, dikantor, dan
Ø  Memperoleh tantangan dari rasa hidup yang santai
6.        Faktor keinginan/hasrat kognitif, orang dewasa belajar untuk :
Ø  Memang mempunyai tujuan untuk belajar
Ø  Mencari pengetahuan untuk tujuan tersebut, dan
Ø  Menjawab pertanyaan yang ada dalam pikirannya

Hasil penelitian yang dilakukan para pakar tersebut tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi dan memperkuat.  Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa alasan orang dewasa mengikuti kegiatan belajar ada 5 hal yaitu :
1.    Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2.    Untuk meningkatkan produktivitas
3.    Untuk meningkatkan efisien kerja
4.    Untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu (Curiosity)
5.    Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.



BAB IV
ORANG DEWASA SEBAGAI PELAJAR

A.    Hambatan Fisikologik
Menurut Vemer dan Davison ada 6 faktor secara fisikologik yang dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam suatu program pendidikan :
1.      Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan, atau titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas, mulai bergerak makin jauh.  Pada usia 20 tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda dengan jarak 10 cm dari matanya.  Sekitar usia 40 tahun titik dekat penglihatan itu sudah mulai menjauh sampai 23 cm.
2.      Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan, atau titik terjauh yang dapat dilihat dengan jelas, mulai berkurang, makin pendek.  Kedua factor ini perlu diperhatikan dalam pengadaan dan penggunaan bahan dan alat pendidikan.
3.      Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam suatu situasi belajar.  Kalau seseorang pada usia 20 tahun memerlukan 100 watt cahaya, maka pada usia 40 tahun diperlukan 145 watt, dan pada usia 70 tahun seterang 300 watt baru cukup untuk melihat dengan jelas.
4.      Makin bertambah usia, persepsi kontra warna cenderung kearah merah daripada spectrum.
5.      Pendengaran, atau kemampuan menerima suara berkurang dengan bertambahnya usia. 
6.      Perbedaan bunyi, atau kemampuan untuk membedakan bunyi makin berkurang dengan melanjutnya usia. 





B.       Psikologik
Dari segi psikologik orang dewasa dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu, maka diperlukan hal-hal seperti dibawah ini :
1.      Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh rang dewasa itu sendiri.  Maka orang dewasa tidak diajar.  Orang dewasa dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir, keterampilan yang baru, dan sikap yang lain.
2.      Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dari melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3.      Belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan.  Sebab belajar adalah perubahan perilaku, sedang perubahan seringkali berarti meninggalkan kebiasaan, norma dan cara berpikir lama yang sudah melekat.
4.      Belajar bagi orang dewasa adalah hasil dari mengalami seuatu.  Sedikit sekali hasil yang diperoleh apabila orang tua diceramahi, dikhotbahi, digurui untuk melakukan hal tertentu atau bersikap secara tertentu.
5.      Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual.  Setiap orang mempunyai cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan memecahkan masalah.
6.      Sumber terkaya untuk bahan belajar terdapat didalam diri orang dewasa itu sendiri.  Setumpukkan pengalaman masih lampau telah tersimpan didalam dirinya, perlu digali dan ditata kembali dengan cara yang lebih bearti.
7.      Belajar adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus.  Manusia mempunyai perasaan dan pikiran.  Hasil belajar maksimal dicapai apabila orang dapat memperluas perasaan maupun pikirannya.
8.      Belajar adalah hasil kerjasama antara manusia.  Dua atau lebih banyak manusia yang saling member dan menerima akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, pertukaran pengetahuan, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.

9.      Belajar adalah suatu proses evolusi.  Kemampuan orang dewasa untuk mengerti, memerlukan suatu proses yang berkembang secara perlahan.  Tidak dapat dipaksakan sekaligus.


C.    Sumber Belajar
Dengan adanya faktor-faktor fsikologik dan fsikologik yang mempengaruhi afektivitas belajar orang dewasa, maka perhatian dicurahkan para sarjana pada penciptaan suasana pada situasi belajar yang paling dapat diharapkan membawa hasil bagi proses belajar.

1.      Kumpulan-kumpulan Aktif
Proses belajar pada orang dewasaterjadi lebih cepatt dan melekat pada ingatannya, apabila pembimbing (atau pelatih, atau pemimpin kelompok, entah apalagi sebutan untuk orang yang mengajar) kurang mendominasi dan kurang berbicara, dengan mempercayai bahwa mereka yang belajar mampu menemukan alternative-alternatif dan dan pemecahan masalah yang memuaskan mereka.

2.      Suasana Hormat Menghormati
Orang dewasa belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati.  Ia lebih senang kalau ia turut berpikir dan mengemukakan pikirannya, daripada pembimbing dan menjejalkan teorinya dan gagasannya sendiri kepada mereka.

3.      Suasana Harga Menghargai
Karena belajar bagi orang dewasa bersifat subjektif dan unik, maka lepas darri benar atau salahnya, segala pendapat, pikiran, perasaan, gagasan, teori, sistem nilai perlu dihargai.  Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa.

4.      Suasana Percaya
Mereka yang belajar perlu percaya pada yang mengajar.  Namun mereka perlu pula merasa mendapat kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri.  Tanpa kepercayaan situasi belajat tidak akan membawa hasil yang diharapkan.

5.      Suasana Penemuan Diri
Daripada didiktekan kepada orang dewasa apa yang menjadi kebutuhannya, bagaiman ia harus bertindak, dan apa-apa yang tidak boleh dilakukannya, ia belajar lebih banyak apabila kepadanya diberi kesempatan menemukan sendiri dengan bimbingan pembimbing kebutuhannya, pemecahan masalahnya, dan kesalahan-kesalahannya.  Dalam proses itu orang dewasa dapat menemukan diri segala kekuatan dan kelemahannya.

6.      Suasana Tak Mengancam
Manusia mempunyai system nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda.  Banyak yang akan dipelajari kalau masing-masing dapat mengemukakan isi hati dan pikirannya tanpa rasa takut, walaupun mengetahui adanya perbedaan.  Ia harus mempunyai perasaan, bahwa dalam situasi belajar itu ia boleh berbeda dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam (oleh cacatan konduite, oleh pemecatan, oleh serangan, oleh cemoohan).


7.      Suasana Keterbukaan
Seluruh anggota kelompok belajar maupun pembimbingnya perlu memiliki sikap terbuka.  Terbuka untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan orang lain.  Keterbukaan tidak boleh berakibat orang mendapatkan ejekan, hinaan atau dipermalukan.

8.      Suasana Mengakui Kekhasan Pribadi
Manusia belajar secara khas dan secara unik.  Masing-masing tingkat kecerdasan sendiri, kepercayaan sendiri dan perasaan sendiri.  Harus diakui bahwa masing-masing adalah pribadi yang khas, maka tidak harus selalu sama dengan pribadi yang lain.

9.      Suasana Membenarkan Perbedaan
Paling membosankan adalah suasan yang hanya seakan mengakui satu kebenaran, satu metode “yang benar”, satu sikap “yang patut”.  Padahal manusia dengan latar belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan dan pengalaman masa lampau masing-masing dapat memberi investasi berharga, justru karena perbedaannya.  Proses belajar sangat ditingkatkan efektivitasnya kalau perbedaan dianggap wajar, bahkan dianggap bermanfaat bukan merusak.

10.     Suasana Mengakui Hak Untuk Berbuat Salah
Suasana belajar yang baik adalah apabila orang-orang berani dan mau mencoba perilaku baru, sikap dan mau mencoba pengetahuan baru.  Sedangkan yang baru mengandung resiko tterjadinya kesalahan.  Maka kesalahan, kekeliruan adalah bagian yang wajar dalam belajar.

11.  Suasana Membolehkan Keraguan
Orang dewasa yang berkumpul untuk belajar bersama, seringkali menghasilkan beberapa alternative, menghasilkan beberapa teori, dan bukan jarang dua-tiga diantaranya nampak sama baik atau buruk.  Pemaksaan untuk menerima salah sebagai yang paling tepat, paling benar akan menghambat dalam proses belajar.  Keraguan harus diperkenankan untuk waktu yang cukup, agar tercapai keputusan akhir yang memuaskan.



12.  Evaluasi Bersama Dan Evaluasi Diri
Pada akhirnya orang ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu.  Orang ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya.  Maka evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan.  Dan renungan itu ia dapat mengevaluasi dirinya, karena pada akhirnya ia diharapka lebih mengenal dirinya dari orang lain yang persepsinya bias saja kurang tepat.



























BAB V
PEMBIMBING BELAJAR ORANG DEWASA

A.    Fungsi pembimbing
Fungsi seorang pembimbing mencakup, sebagai berikut :
Ø  Penyebar pengetahuan
Pada waktu ia mengusahakan penyampaian informasi dan pengetahuan kepada kelompok belajar.
Ø  Pelatih keterampilan
Pada waktu ia bermaksud memberikan tambahan keterampilan baru, melalui latihan-latihan praktek yang mengajak peserta untuk belajar sambil mengerjakan.
Ø  Perancang pengalaman belajar kreatif
Pada waktu ia menciptakan situasi belajar yang memungkinkan anggota kelompok mendapatkan pengalaman baru, atau membantu peserta menata pengalamannya dimasa lampau dengan cara baru, sehingga timbul kesempatan untuk berlaku lain daripada yang sudah terbiasa.

B.     Sikap pembimbing
Sikap seseorang sebagai pembimbing belajar bagi orang dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang besar.  Sebab orang dewasa lebih kritis daripada anak-anak,  sebab orang dewasa mempunyai bahan untuk perbandingan untuk menilai sikap pembimbing, sebab orang dewasa berpegangan pada norma-norma yang berlaku dalam kelompok ataupun lingkungannya.
Empaty “menyetel pada gelombang pemancar para peserta” : mencoba melihat sesuatu sebagaimana mereka melihatnya, mengadaptasi suatu kerangka acuan, berada dan bersatu dengan peserta, membiarkan diri sendiri mengalami atu menyatu dalam pengalaman para peserta, merenungkan makna pengalaman itu sambil menekan penilaian saya sendiri, lalu mengkomunikasikan pengertian itu kepada mereka, bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta hanya secara intelektual, ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka.
Respek.  Mempunyai pandangan positif terhadap peserta, mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian, menerima orang lain dengan penghargaan penuh, menghargai perasaan, pengalaman dan kemampuan mereka, menghargai perasaan dan pengalaman saya sendiri.
Kortimen dari kehadiran.  Menghadirkan diri secara penuh, siap menyertai kelompok dalam segala keadaan, mengakui secara jujur kalau saya merasa bosan atau pikiran melayang jauh, melibatkan diri dalam suka-duka kelompok.

Membuka diri.  Keterbukaan mempunyai dua segi, yaitu :
1.    Menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman saya sendiri, setiap saat merubah sikap dan pendapat dari konsep saya sendiri, tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemungkinan-kemungkinan baru.
2.    Secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana pandangan saya, suka dan duka saya, mau mengambil resiko melakukan kekeliruan.

C.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Dan Peran Pembimbing
Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap dan peran pembimbing, antara lain :
1.    Tujuan dan rancangan pendidikan
     Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka disusunlah sebuah rancangan (design) dari suatu kegiatan pendidikan.
2.    Lamanya pendidikan
     Dalam program akhir pekan yang berlangsung hanya satu setengah atau dua hari, pembimbing akan lebih aktif dalam merangsang proses belajar peserta daripada dalam suatu program yang berlangsung selama satu minggu.
3.    Komposisi peserta
     Peserta pendidikan orang dewasa umumnya heterogen dalam banyak hal, hanya berada secara gradual antara kelompok yang satu dengan yang lain.
4.    Harapan peserta
     Orang dewasa yang menghadiri suatu program pendidikan jarang sekali datang tanpa adanya harapan tertentu.  Makin tinggi harapan peserta, makin sukar tugas pembimbing untuk memenuhi harapan itu.
5.    Harapan penyelenggaraan
     Pendidikan orang dewasa umumnya diselenggarakan oleh suatu organisasi, perusahaan lembaga, kelompok agama.  Juga badan ini mempunyai harapan dan tujuan yang hendak dicapainya melalui kegiatan yang diselenggarakanya.

6.    Profesi pembimbing
     Tentu saja pembimbing sendiri sebagai pribadi yang mempunyai latar belakang, profesi, hobi, pengalaman, pengetahuan banyak menentukan sikap dan perannya sebagai pembimbing.
7.    Keadaan pembimbing
     Kelebihan fisik, kecemasan adalah faktor lain yang mempengaruhi efektivitas bimbingannya dan kelincahannya menyesuaikan diri dengan kelompok.







BAB VI
METODE PENDIDIKAN ORANG DEWASA

       Pemilihan metode hendaknya ditentukan oleh tujuan pendidikan, yang pada garis besarnya dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
1.      Ada proses belajar yang dirancang untuk membantu orang menata pengalaman masa lampau yang dimilikinya dengan cara baru, misalnya melalui konsultasi, latikan kepekaan dan beberapa jenis latihan manajemen, yang membantu individu untuk dapat lebih memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya tetapi kurang disadarinya.
2.      Ada proses belajar yang dirancang untuk memberikan pengetahuan baru, keterampilan baru, yakni mendoromg individu meraih lebih jauuh daripada apa yang diketahuinya, apa yang menjadi anggapannya, keterampilannya hingga kini, misalnya belajar menggunakan computer.

Posisi atau sifat pengalaman belajar dalam continuum tersebut mempengaruhi hal-hal dibawah ini :
Ø  Persiapan dan orientasi bagi proses belajar
Ø  Suasana dan kecepatan belajar
Ø  Peran dan sikap yang mengajar
Ø  Peran dan sikap belajar
Ø  Metode yang diterapkan untuk berhasilnya usaha belajar

Piramida belajar (pyramid of learning) yang terkenal seperti dibawah ini dilengkapi dengan metode yang dipakai :


Ceramah
Diskusi
Demontrasi
Latihan praktis


dengar

bicara


 
lihat


 
kerjakan


Alat-alat peraga (Audio Visual Aids) yang sudah lazim digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut :
Ø  Papan tulis.  Penyelenggara sekurang-kurangnya mampu menyediakan papan tulis hitam beserta kapurnya.  Akan lebih baik jika dapat disediakan kapur tulis warna-warni untuk menonjolkan kontras dan tekanan secara menarik
Ø  Kertas Koran.  Sebagai ganti papan tulis, banyak pembimbing menggunaka kertas Koran yang dijepitkan pada papan.  Lembaran-lembaran kertas kosong mudah dibeli ditoko-toko alat tulis.  Keuntungan menulis diatas Koran adalah tidak perlunya pembimbing menghapus apa yang telah ditulisnya. 
Ø  Papan flanel.  Untuk menyertai pembahasan secara bertahap, apabila yang hendak dijelaskan menggambarkan suatu proses, suatu gerakan, suatu perkembangan, atau perbandingan menarik untuk menggunakan papan flannel.
Ø  Overhead projector adalah sebuah alat listrik yang dapat memproyeksikan gambar, tulisan, garis-garis grafik dan sebagainya pada sebuah layar atau dinding.
Ø  Slide.  Penceramah dapat pula menggunakan slide, terutama apabila hendak menyampaikan sebuah kisah dengan visualisasi, misalnya tentang apa yang dilakukan orang disuatu negeri atau daerah lain.  Slide dapat diiringi ilustrasi musik dan komentar yang direkam pada kaset.

1.      Diskusi
Berdiskusi adalah kegiatan manusia yang alamiah.  Suatu kegiatan yang menarik, kreatif dan mengasyikan.  Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir bersama dan mengungkapkan pikirannya sehingga menimbulkan pengertian pada diri sendiri, pada pandangan kawan-kawan diskusi, dan juga pada masalah yang didiskusikan.  Melalui diskusilah pribadi-pribadi tumbuh dan paguyuban tumbuh.
Simposium.  Dalam sebuah simposium beberapa orang ahli menyampaikan prasaran singkat, dilanjutkan dengan diskusi atau tukar pikiran dihadapan sejumlah hadirin.  Hadirin dapat mengajukan pertanyaan.  Pandangan dan pendirian yang berbeda mengungkapkan dan kesimpulan-kesimpulan dapat diambil.

Diskusi Panel.  Seorang pemimpin bertindak sebagai moderator yang mengatur jalannya diskusi antara beberapa orang panelis.  Tanya jawab dapat pula berlangsung dengan hadirin.
Buzz Groups.  Banyak masalah orang dewasa sesungguhnya dapat dipecahkan melalui tukar pikiran dengan mengikutsertakan semua pihak yang bersangkutan.  Untuk partisipasi penuh semua hadirin, kelompok besar (paripurna) dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 sampai 8 orang.
Case Study.  Kalau mau di Indonesiakan, mungkin dapat terarah dan efektif disebut “mempelajari kasus”.  Dengan metode ini, pembimbing mengemukakan suatu kasus, yakni suatu rangkaian kejadian dengan segala liku-likunya, segala datanya yang merupakan suatu persoalan yang memerlukan pemecahan.

2.      Pemeranan (atau dalam bahasa inggrisnya Role Playing)
Pemeranan adalah suatu usaha untuk membantu para peserta mengalihkan suatu masalah belajar yang tertulis kedalm praktek.  Katakanlah suatu “dramatisasi” dari persoalan.
Ada beberapa variasi dalam pemeranan, untuk mencapai tujuuan belajar tertentu.
Role reversal, sebutlah dalam bahasa Indonesia peran terbaik.  Tujuannya menumbulkan kepekaan terhadap kedudukan dan keadaan pihak lain, agar dapat lebih menimbulkan perasaan orang lain.  Juru tulis memerankan direktur, direkturnya menjadi juru tulis dan mereka memainkan suatu kejadian ketika juru tulis melakukan kesalahan yang menimbulkan kerugian pada perusahaan.  Atau ayah yang berperan sebagai anak, anaknya berperan sebagai ayah. 
Alter ego, untuk memahami masalah komunikasi, dan adanya pikiran serta perasaan yang tidak diucapkan, pemeranan alter ego dapat digunakan.  Alter ego boleh dikatakan beelaku sebagai “hati nurani”.  Dalam metode ini, untuk setiap pemeran ditunjuk seorang pemeran lain yang berkata dan bersikap sebagai hati nurani pemeran pertama.

3.      Struktur experiences
Metode experiensial (= dengan jalan mengalami) ini merupakan cirri khas dari metode belajar yang terkenal sebagai pendekatan laboratories.  Manfaatnya sangat besar dalam pendidikan orang dewasa yang bertujuan meningkatkan keterampilan dalam hubungan antar sesame (human relations skill), perubahan perilaku, dan kerjasama dalam organisasi.





Ada lima langkah dalam proses belajar dari pengalaman, berbentuk lingkaran :

Dimulai dari mengalami sesuatu, yakni ketika peserta terlibat dalam suatu kegiatan laboratories.  Ia bersikap, berlaku dan berbicara secara tertentu.  Ia juga mengamati dan melihat orang lain berbuat dan bersikap atau berkata sesuatu.

                                      

BAB VII
MERANCANG PROGRAM LATIHAN

     Salah satu cara untuk memperoleh jawaban atas kelima pertanyaan tersebut adalah dengan mengikuti langkah-langkah yang akan diuraikan secara sistematis dan logis.
Langkah Pertama : Kebutuhan
            Setiap pendidikan orang dewasa yang diselenggarakan mengandung maksud memenuhi suatu kebutuhan. Mungkin untuk memenuhi kebutuhan para peserta yang diundang hadir. mungkin untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan itu. Penekanan kebutuhan itu berbeda bagi suatu badan sosial yang bergerak dalam kegiatan pembangunan masyarakat, dan sebuah perusahaan atau pabrik dan suatu instansi pemerintah.

Langkah Kedua : Sasaran
     Istilah sasaran dapat didefinisikan sebagai penentuan dan perincian perilaku peserta yang diharapkan setelah ia menyelesaikan kegiatan pendidikan. Dengan kata lain, sikap bagaimana, pengetahuan apa, keterampilan apa yang diharapkan dikuasai peserta setelah pendidikan.
Langkah Ketiga : Sumber
       Langkah selanjutnya adalah menganalisa kesediaan sumber-sumber. Mungkin juga sumber-sumber yang masih dapat diusahakan. Berapa dana yang tersedia, penceramah dan pembimbing mana saja yang ada, fasilitas apa saja yang diusahakan, alat-alat apa saja yang digunakan.
Langkah Keempat : Hambatan
            Hambatannya misalnya ketersediaan tempat yang tersedia kurang memadai, mungkin peralatan tertentu sudah tua atau dipakai pihak lain, mungkin cuaca akan buruk, mungkin penceramah tamu yang ahli berhalangan. Apa bila hambatan terlalu gawat dan tidak mungkin dapat diatasi, sebaiknya pelaksanaan program pendidikan itu ditunda atau batalkan saja.
Langkah Kelima : Alternatif
Pilihan-pilihan lain harus dikembangkan untuk dapat mencapai sasaran program. Pilihan lain yang tidak cukup bisa untuk bisa mencapai sasaran bukanlah alternatif namanya. Sedapat mungkin carilah lebih dari pada satu alternatif, dan alternatif itu hendaknya masuk akal, realistis, dan cukup wajar. Alternatif biasanya dapat dikembangkan dengan mengundang segala pihak untuk mengemukakan gagasannya.
Langkah Keenam : Seleksi
            Pada hakekatnya melakukan pilihan atau seleksi berarti mengadakan evaluasi yang sistematis atas semua alternatif dengan memperhitungkan sumber-sumber dan rintangan-rintangan yang diketahui, serta tidk lepas dari sasaran yang hendak dicapai. Pilihan dijatuhkan pada alternatif yang paling baik, yakni yang paling efisiensi dan paling efektif.

Contoh Rancangan Program Latihan
Program Latihan yang sudah dilengkapi dengan penjadwalan waktunya itu disusun setelah melampaui suatu penelitian, langkah-langkahnya :
1.      Yang akan dididik adalah orang-orang dewasa yang berminat untuk membantu masyarakat dalam lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya; tanpa atau sangat sedikit mempunyai pengetahuan perkoperasian; heterogen dalam pendidikan formal, profesi, usia dan jenis kelamin.
2.      Mereka diharapkan akan mempelajari falsafah kerja sama dalam kelompok, keterampilan hubungan antara manusia (human relations), supaya faktor manusia dalam menjalankan organisasi koperasi kredit mendukung pengelolaan teknisnya dengan sikap dan tingkah laku yang matang dan tepat.
3.      Yang akan menyampaikan pelajaran adalah tiga orang staf pendidikan biro konsultasi koperasi kredit sendiri, yang semuanya telah mendapatkan latihan khusus dan cukup mengenai perkoperasian kredit maupun mengenai metoda pendidikan orang dewasa.
4.      Mereka akan dididik dengan metode pendidikan orang dewasa. Falsafah kerjasama dalam kelompok dan keterampilan hubungan antara manusia dilatih dengan metoda laboratories; pengetahuan dasar melalui ceramah; kepengurusan; dan peraturan dengan case studi; pendekatan manusiawi dengan cara pemeranan (role playing); motivasi melalui pemerataan slide, teknis administratif melalui cara latihan eksperiensial.
5.      Evaluasi hasil pendidikan akan di evaluasikan dalam dua tahapan. Segera sesuai program pendidikan, termasuk dalam acara penutupan, para peserta akan diminta mengisi formulir evaluasi yang akan disediakan.






            BAB VIII
EVALUASI PROGRAM

            Beberapa cara diuraikan dibawah ini untuk melakukan evaluasi dalam pendidikan orang dewasa, dan cara-cara lain masih dapat dikembangkan secara kreatif oleh masing-masing pembimbing.
1.    Umpan Balik.
          Tiap peserta secara bergantian mengemukakan fikirannya dan perasaannya mengenai pelajaran hari itu.
2.    Refleksi
     Dengan meminta kesunyian selama 5 menit, masing-masing peserta dapat merenungkan arti hari itu bagi dirinya dan apa yang telah dipelajarinya.
3.    Diskusi kelompok
Para peserta dapat dibagi dalam kelompok kecil agar lebih mudah dan lebih bebas berbicara.
4.    Qnestionnaire
Formulir pertanyaan dapat disiapkan dan dibagikan kepada semua peserta didik untuk diisi.
5.    Tim pengelola
Cara evaluasi proses belajar yang serba guna adalah dengan membentuk tim pengelola (management team). Dari antara para peserta dibentuk sebuah tim yang terdiri dari satu orang moderator, satu atau dua orang pencatat, dan satu atau dua orang evaluator.
     Untuk mempermudah para peserta memahami tugasnya, baik kiranya kepada mereka diberikan catatan berikut .
Kewajiban moderator :
          Mengatur penyelenggaraan secara tertib; mengatur agar acara hari itu berlangsung menurut jadwal.
          Mengatur agar kelompok diskusi terbentuk dan mendapatkan kejelasan mengenai tempat-tempat diskusi dan cara pelaporan hasilnya.

Kewajiban pencatat :
          Mencatat penyajian-penyajian utama serta diskusi yang timbul dari ceramah atau penyajian tersebut. Hasil diskusi dimasukkan didalam laporannya sendiri. Memperbincangkan laporannya dengan timnya untuk memastikan kejelasannya dan kepadatannya.
Kewajiban evaluator :
          Memberikan pandangan evaluative mengenai proses kelompok :
Ø   Kejadian-kejadian hari itu;
Ø   Partisipasi dan perhatian para peserta;
Ø   Mutu komunikasi yang berlangsung;
Ø   Isi pelajaran hari itu
Ø   Penyajian para pembimbing;
Memberikan saran-saran perbaikan dalam hal interaksi, agar semua dapat belajar sebaik-baiknya.
6.      Evaluasi menyeluruh
Pada akhir program diadakan evaluasi menyeluruh, baik secara lisan atau tertulis. Isi evaluasi menyeluruh dapat menyangkut dua aspek, yakni :
a)      Umpan balik bagi penyelenggara mengenai kekuatan, maupun kelemahan program;
b)      Apa yang dipelajari oleh peserta selama program ini dalam bidang penambahan pengetahuan dan bidang perubahan sikap.